Minggu, 28 Maret 2010

DUKUNGAN XML PADA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI (MTI) UGM

MAKALAH SKRIPSI

Teguh Bharata Adji 1
Beny Yolanda 2
1 Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro FT UGM
2 Alumnus Mahasiswa Tekhik Elektro Fakultas Teknik UGM
Jln. Grafika 2 Yogyakarta



Abstraksi



Pertumbuhan internet yang luar biasa telah membebani HTML, bahasa standar untuk internet berbasis PC, dengan kewajiban untuk menangani data, termasuk jenis, fungsi, dan integrasinya. Seiring dengan membengkaknya ukuran, jenis, dan fungsi data, HTML sangat kesulitan untuk mendukung tipe dan fungsi data yang bermacam-macam.
Segera komunitas internet menyadari bahwa mereka memerlukan sebuah pendekatan baru untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka memerlukan sebuah bahasa yang sangat fleksibel, sedemikian hingga data yang berjenis paling unik sekalipun dapat mendefinisikan. Pemecahannya adalah XML, kependekan dari Extensible Markup Language, sebuah bahasa yang dengan cepat diterima di seluruh komunitas internet, bahkan di sistem mobile non-PC.
Dengan XML kita dapat mendefinisikan sendiri, tanpa terikat oleh tag-tag yang disediakan oleh vendor. Kita dapat mengatur dan membuat stuktur data sesuai dengan keperluan kita sendiri. Lagipula, dengan kemampuan integrasi datanya yang kuat, kita mampu mengirimkan data yang siap pakai, sehingga memudahkan orang lain yang ingin menggunakan dan mengembangkan data kita.
Makalah ini disusun untuk secara ringkas menjelaskan tugas akhir yang dibuat penulis. Tugas akhir itu sendiri merupakan syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana dari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada.

I. Pendahuluan
Masusia memang tidak dapat dipisahkan dengan segala keaktifannya, baik yang membutuhkan perpindahan tempat yang relatif jauh maupun yang tidak begitu jauh. Hal tersebut kadang menyebabkan terganggunya jadwal kegiatan yang seharusnya dapat mereka kerjakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditetapkan, seperti dalam hal ujian perkuliahan. Berdasarkan hal tersebutlah penulis mencoba menciptakan metode ujian yang lebih fleksibel terhadap tempat pengerjaan, dalam hal ini metode ujian yang dapat diakses dari berbagai tempat dalam suatu rentang waktu yang telah ditentukan.
Seperti telah diketahui bahwa awalnya konsep dari suatu pendidikan adalah terbentuknya suatu komunitas dimana mereka berkumpul pada waktu dan tempat yang sama serta saling bertukar informasi, konsep tersebut sedikit berubah seiring dengan berjalannya waktu, media informasi lain seperti surat, koran, radio, televisi, internet merupakan beberapa contoh media untuk mendapatkan informasi yang tidak mengharuskan bagi mereka untuk berada pada suatu tempat dan waktu yang sama lagi.
Seperti bidang-bidang lainnya, bidang pendidikan pun dapat memanfaatkan internet sebagai sarana interaksi dalam sistem perkuliahan, baik pengaksesan materi, diskusi, pengerjaan ujian, dan kegiatan lainnya, yang selanjutnya disebut dengan sistem pendidikan jarak jauh, dalam hal ini sistem pendidikan jarak jauh yang difokuskan adalah sebuah sistem yang memanfaatkan metode web sebagai sarana interaksi perkuliahannya, khususnya sistem ujian.
Pada perkembangannya, suatu website digunakan tidak hanya sebagai pusat informasi, melainkan juga digunakan sebagai media interaksi beberapa pengguna, sebagai contoh, suatu pengguna dapat memberi masukan ke suatu website, dimana masukan tersebut akan mempengaruhi informasi yang nantinya akan diakses oleh pengguna lain.
Untuk mewujudkan suatu layanan web seperti yang diutarakan diatas, sistem yang dibuat minimal terdiri dari web server, bahasa pemrograman untuk dynamic website, dan database sebagai sarana penyimpanan data-data. Dalam hai ini web server digunakan untuk melayani segala proses pengadaan file-file yang digunakan untuk website, sampai pengaturan koneksi client-server, sedang bahasa pemrograman dynamic website digunakan sebagai dasar pembuatan halaman-halaman website yang dinamis yang berarti halaman tersebut dapat berinteraksi dengan pengguna ataupun layanan lainnya, seperti database ataupun file, sehingga secara tidak langsung halaman itu juga berfungsi sebagai penjembatan antara aksi yang dilakukan oleh pengguna atau pengakses website dengan akibat yang akan diterapkan terhadap layananan lainnya, misalkan database, Database itu sendiri dalam sistem ini dkan digunakan sebagai sarana penyimpanan data secara terstruktur, dalam hal ini adalah media penyimpan yang dapat diketahui relasi atau hubungan antara beberapa data lainnya yang bertipe sama.


Gambar 1. Proses secara umum yang terjadi pada sistem.

II. Dasar Teori
Konsep Web Based Training
Kini setelah internet merupalan teknologi yang memasyarakat, konsep pendidikan dapat dilakukan dengan lebih mudah, mereka dapat saling berinteraksi untuk mengirim ataupun mencari informasi dengan lebih efektif dan efisien, salah satu contoh konsep yang dapat dilakukan adalah Web Based Training yang selanjutnya disebut dengan WBT, WBT adalah suatu sistem dimana semua bagian dari pendidikan mulai dari bahan informasi, diskusi dan ujian diterapkan melalui teknologi layanan web.
Berikut tabel perbandingan beberapa kegiatan-kegiatan dalam sistem pendidikan konvensional yang dapat dilakukan dalam sistem pendidikan WBT

Sistem konvensional WBT
Mendengarkan kuliah, debat, wawancara, pidato, diskusi Webcam (kamera web yang meliputi gambar dan suara), multimedia conference.
Konsultasi E-mail, mailing list,
Bahan-bahan presentasi, buku referensi Dapat dibentuk dalam file-file .pdf, .ppt, .doc
Ujian tertulis Fasilitas form web (fasilitas web dimana pengguna dapat memberikan balasan ke sistem tsb).

Dalam pembuatannya banyak aspek yang menentukan metode dan tipe dari pembentukan WBT itu sendiri, beberapa contoh aspek tersebut yang pertama adalah Instructor-led dan Learner-led. Dalam konsep Instructor-led, jadwal dan urutan bahan pendidikan sudah ditentukan dari awal oleh pengajar, pelajar tidak mempunyai pilihan untuk menentukan metode yang mereka inginkan dari pembelajaran tersebut, sedangkan dalam konsep Learner-led, pelajar mempunyai pilihan-pilihan untuk menentukan metode pembelajaran seperti forum diskusi, chat-session, serta urutan bahan yang ingin mereka pelajari terlebih dahulu.
Berikut beberapa perbedaan keuntungan dari kedua konsep diatas :

Instructor-led Learner-led
Pengajar dapat menjelaskan dengan lebih baik pertanyaan-pertanyaan ataupun pemecahan masalah dari bahan-bahan yang dibuat Pelajar dapat lebih merasakan manfaat dari pembelajaran yang mereka inginkan
Pengajar dapat menentukan bahan-bahan yang akan diajarkan, sehingga itu akan lebih memudahkan pengajar dalam mengatur pembelajaran. Pelajar tidak tergantung dengan jadwal-jadwal yang telah dibuat oleh pengajar, sehingga akan lebih fleksibel
Penilaian ujian dapat lebih mudah dilakukan Tidak ada pelajar yang merasa “tertinggal” oleh pelajar lain dalam pembelajaran, sehingga mereka merasa percaya diri atas apa yang telah mereka dapatkan

Aspek yang kedua adalah asynchronous dan synchronous, dimana aspek tersebut akan menentukan metode aktifitas pelajar. Synchronous berarti semua aktifitas pendidikan dikerjakan secara bersamaan atau dalam rentang waktu yang relatif kecil, seperti chat-session dan webcam, sedangkan asynchronous merupakan metode dimana aktifitas pendidikan tersebut dapat dilakukan pada waktu yang berbeda atau dalam rentang waktu yang relatif lama atau tak terbatas, seperti forum diskusi melalui e-mail, pengaksesan informasi dalam website.

Perancangan Ujian Dalam Sistem Pendidikan WBT
Dalam konsep pendidikan salah satu bagian yang sangat diperlukan adalah ujian, dimana ujian tersebut dapat digunakan sebagai berikut :
­ Pengukur kemampuan pembelajaran dari pelajar
­ Penegasan ataupun pemfokusan atas apa yang sebenarnya harus dan dapat dipelajari oleh pelajar
­ Dapat digunakan sebagai pelajar untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk menyelesaikan sebuah kasus
­ Mengamati berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga pengajar dapat memperbaiki kembali metode pendidikan yang telah ada.

Dalam pendidikan WBT terdapat beberapa cara yang diterapkan dalam pembuatan sistem ujiannya, beberapa pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam perancangan sistem ujian tersebut antara lain seperti jawaban seperti apa yang harus mereka isikan, dan feedback apa yang akan muncul setelah pelajar menjawab pertanyaan yang diberikan.
Berikut beberapa cara perancangan sistem ujian beserta keuntungan dan kerugiannya :

Teknik Keuntungan Kerugian
- Jawaban akan dikoreksi oleh program yang sudah diterapkan dalam komputer masing-masing pelajar - Jawaban dapat dengan cepat dikoreksi.
- Tidak dibutuhkan koneksi internet - Pengajar tidak dapat memantau kemajuan pelajar
- Tidak dapat membuat soal essay
-Kunci jawaban dapat lebih mudah diketahui oleh pelajar
- Jawaban dikirim ke komputer pusat, dan penilaian dilakukan secara langsung dan otomatis. - Pengajar dapat memantau kemajuan pelajar
- Jawaban dapat dikoreksi dengan cepat - Membutuhkan koneksi internet
- Tidak dapat membuat soal essay
- Jawaban dikirimkan melalui ke pengajar melalui email dan pengajar itu sendiri yang akan mengkoreksi. - Dapat membuat bermacam-macam jenis pertanyaan.
- Pengajar dapat mentoleransi jawaban - hasil penilaian tergantung oleh situasi pengajar.
- Jawaban tidak dapat langsung dikoreksi.

Jenis-jenis Soal Dalam Sistem Ujian WBT
Dalam sistem ujian WBT terdapat beberapa jenis soal yang dapat diterapkan, pembuatan soal-soal itu sendiri disesuaikan dengan jenis dari metode pengerjaan dan feedbacknya, berikut beberapa contoh tipe soal tersebut :

­ Soal benar/salah
Soal-soal jenis ini dapat digunakan untuk berbagai jenis pertanyaan seperti berikut : Apakah pernyataan ini benar atau salah?, Apakah prosedur ini dapat dikerjakan atau tidak?, dan Apakah anda menyetujui proposal ini atau tidak?, keuntungan dari soal tersebut adalah adanya jawaban yang jelas benar atau salahnya sehingga bisa langsung dikoreksi oleh sistem dan prlajar pun dapat menerima feedback hasil ujian secara cepat.
Sedang kerugiannya dimungkikannya pelajar lebih kearah menebak jawaban ujian, daripada mengerjakan solusi dari permasalahan soal tersebut, juga tidak dimungkinkannya untuk membuat soal kompleks yang membutuhkan jawaban tidak 100% benar atau salah yang tentunya juga membutuhkan sistem pengkoreksi dimana dapat melakukan toleransi terhadap jawaban.
­ Soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda hampir mirip dengan soal benar/salah, hanya saja dengan lebih banyaknya option jawaban yang disediakan, tentunya akan lebih menyulitkan bagi pelajar untuk menebak sebuah jawaban dari soal tersebut.
­ Soal essay
Metode soal ini digunakan untuk pembuatan soal yang kompleks dan bevariasi, dengan artian sebuah soal bisa saja menerima jawaban berbeda-beda anatara satu pelajar dengan pelajar lainnya, ataupun soal yang menghruskan pelajar untuk membuat sebuah makalah yang penilaiannya lebih kearah cara berpikir daripada menebak sebuah jawaban.
Soal dengan jenis ini memungkinkan perbedaan logika jawaban antara beberapa pelajar, sehingga toleransi dalam pengkoreksian jawaban sangat dibutuhkan, salam hal ini pengajar yang berwengan untuk melakukan pengkoreksian.
Kelemahan dari soal ini adalah adanya waktu tenggang yang tidak bisa dipastikan antara selainya ujian dengan pengkoreksian jawaban, serta dimungkinkannya penilaian yang tidak adil sesuai dengan situasi dan kondisi pengkoreksi.

Pencegahan Kecurangan Dalam Sistem Ujian
Dalam suatu ujian dapat saja terjadi kecurangan-kecurangan yang tidak diinginkan, terdapat banyak jenis kecurangan yang mungkin dilakukan dalam ujian tersebut, dan banyak pula jenis pencegahan yang juga dapat dilakukan, dan yang perlu ditekankan untuk pertama kalinya adalah perlunya diketahui alasan-alasan mengapa mereka melakukan kecurangan tersebut, beberapa alasan yang memungkinkan antara lain :

­ Hasil penilaian ujian yang akan mempengaruhi status pendidikan mereka
­ Kesenangan ataupun hobi dalam melakukan kecurangan
­ Budaya yang menganggap kecurangan bukanlah suatu kesalahan

Dalam sistem ujian WBT persentase kecurangan yang terjadi diperkirakan lebih besar daripada sistem ujian konvensional, kemudahan-kemudahan (dalam hal ini belum bisa dikategorikan sebagai kecurangan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku) yang mungkin saja terjadi dalam sistem ini antara lain :

­ Kemudahan untuk mengakses referensi
­ Kemudahan untuk saling bekerja sama dengan peserta ujian lainnya

Banyak terdapat metode pencegahan yang memungkinkan dilakukan dalam sistem ujian WBT ini, antara lain :

­ Pengawasan secara audio dan visual
Dalam hal ini pengawasan dilakukan menggunakan teknologi perangkat webcam, dimana ketika ujian berlangsung, peserta diharapkan mengaktifkan webcam meraka sehingga pengawas dapat melihat secara laangsung peserta ujian seperti layaknya pada sistem ujian konvensional, kelemahan dari sistem ini antara lain terbatasnya bandwidth atau lebar koneksi yang belum memungkinnya pengaksesan webcam secara maksimal, serta masih bisa dilakukannya manipulasi terhadap perangkat kamera tersebut.
­ Batasan waktu
Diharapkan waktu ujian yang tersedia sesuai dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan soal, sehingga peserta ujian tidak mempunyai waktu lebih untuk saling berhubungan, ataupun mengakses bahan-bahan ujian yang mungkin tersedia ditempat lain.
­ Distribusi soal
Inti dari distribusi soal ini adalah diharapkan masing-masing peserta ujian akan menerima soal yang berbeda-beda, tetapi hal tersebut dirasa akan memberatkan pihak pengajar, karena dengan 10 nomor soal untuk 10 peserta ujian saja mereka diharuskan membuat 100 nomor soal, sehingga konsep dari distribusi soal terdiri dari dua tahap, yang pertama adalah dilakukannya pengacakan terhadap soal-soal yang telah terbuat, sehingga mungkin saja antara satu peserta dengan peserta lainnya menerima urutan soal yang berbeda, tahap kedua dari distribusi soal ini adalah dibuatnya beberapa soal dalam nomor soal yang sama yang biasa disebut dengan sistem rayonisasi soal.
­ Pendekatan secara kepercayaan
Dalam pendekatan ini pengajar diharuskan untuk selalu memotivasi peserta ujian untuk tidak melakukan kecurangan, inti dari pendekatan ini adalah meyakinkan peserta ujian untuk percaya diri atas semua yan telah mereka pelajari, serta meyakinkan mereka bahwa hasil ujian ini justru akan membantu pengembangan arah pendidikan yang sesuai dengan potensi mereka yang sebenarnya.

III. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah metode kualitatif. Dalam hal ini, penulis mencari referensi-referensi yang tersedia, baik di buku-buku maupun di internet. Karena buku-buku yang menjelaskan tentang XML termasuk jarang ditemukan, maka penulis banyak mendapatkan referensi-referensi dari internet.
Setelah memahami konsep dan teori-teori dasar dari XML dan karakteristik sistem Distance Learning, maka penulis merancang suatu sistem pertukaran dan pencarian data dalam sistem Distance Learning yang memanfaatkan kekuatan dari XML tersebut.

IV. Hasil Implementasi dan Pembahasan
Ada dua kekuatan utama dari XML yang diwujudkan dalam sistem yang dibangun oleh penulis. Pertama adalah faktor skalabilitas yang diwujudkan dengan mekanisme pemisahan antara content dan style. Mekanisme ini diimplementasikan dengan cara menuliskan data dalam dokumen XML, dan menuliskan instruksi tentang bagaimana menampilkan data-data tersebut dengan XSLT (Extensible Stylesheet Language). Yang kedua adalah integritas data dalam XML. Seperti dijelaskan dalam bagian Dasar Teori, data XML tetap terintegrasi meskipun telah dikirimkan. Hal ini berarti walaupun data telah sampai ke browser, data tetap tak berubah jenis maupun strukturnya. Dengan demikian, browser dapat mengolah data-data tersebut lebih lanjut, termasuk di antaranya melakukan proses pencarian data. Faktor ini menyebabkan kita dapat melakukan Client Side Processing, atau pemrosesan data di sisi klien, terhadap data-data tersebut. Kemampuan ini sangat berguna karena dengan Client Side Processing server tak akan terberati oleh beban tugas yang harus dijalankan.

4.1 Perancangan sistem
Penulis membagi materi-materi mata kuliah yang ada di MTI UGM menjadi modul-modul. Kemudian modul-modul ini dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi, yaitu topik-topik. Pada topik-topik ini penulis menyusun suatu struktur data XML yang memuat kata-kata kunci untuk masing-masing topik. Kata-kata kunci inilah yang akan dicari oleh para mahasiswa distance learning MTI, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan MTI secara langsung, maupun khalayak umum (untuk selanjutnya ketiga komponen di atas disebut user).
Di samping materi kuliah, penulis dengan cara yang sama juga membuat suatu fasilitas untuk pencarian dan pertukaran data tentang mata kuliah-mata kuliah yang diselenggarakan oleh MTI.
Satu hal penting yang perlu disebutkan dalam perancangan sistem ini adalah penulis merancang sistem yang bersifat terbuka, karenanya masalah keamanan data tidak diperhitungkan. Hal ini karena sejak awal XML dirancang untuk publikasi data yang dapat menjadi konsumsi umum.

4.2 Hasil implementasi
Setelah rancangan tersebut di atas diimplemetasikan, sistem terbukti mampu menampilkan data-data yang ada dengan baik, dengan memanfaatkan teknologi XSLT. Mekanisme pencarian data yang juga dilakukan dengan memanfaatkan XSLT dapat dilakukan dengan baik pula. XSLT juga mampu menampilkan gambar, link, serta kombinasi warna yang baik. Semua yang dapat dilakukan oleh HTML mampu dilakukan oleh kombinasi antara XML dan XSLT.
Terdapat dua metode untuk mentransformasikan dokumen XML menjadi format yang lainnya dengan menggunakan XSLT. Pertama adalah metode yang menghasilkan file baru, yang kedua adalah tidak menghasilkan file baru, yaitu hanya merubah tampilan saja. Untuk metode yang pertama, misalnya dapat dilakukan oleh Xalan Java yang dikeluarkan oleh Apache (http://www.apache.org).
Metode yang kedua adalah metode dimana tidak dihasilkan file baru. XSLT hanya berfungsi untuk menampilkan dokumen XMLnya saja. Metode ini menghasilkan gambar-gambar berikut (lihat Gb. 2 dan Gb. 3).


Gambar 2. Contoh tampilan dokumen main.xml menggunakan stylesheet main.xsl



Gambar 3. Source code dari dokumen main.xml ketika dilihat menggunakan menu View-Source dari I.E 6.0


Proses query berlangsung dengan cepat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa client-side processing adalah lebih cepat dari server-side processing. Namun, hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Untuk mendapatkan proses query yang cepat, data harus dirancang sedemikian hingga proses download tidak berlangsung lama. Konsekuensinya, ukuran file data harus dibuat seefisien mungkin.

V. Kesimpulan
1. Dalam sistem distance learning yang dikerjakan oleh penulis, faktor data yang siap pakai menjadi suatu keunggulan yang penting. Hal ini karena dengan adanya data yang siap pakai, maka orang lain akan dengan mudah menggunakan dan mengembangkan data tersebut.
2. Proses query yang berlangsung di sisi klien dapat meringankan kerja server, dengan catatan data harus dirancang seefisien mungkin.
3. Kombinasi antara XML dan XSLT mampu menghasilkan tampilan halaman web yang baik. Semua yang dapat dilakukan oleh HTML dapat dilakukan oleh XML dibantu dengan XSLT.

DAFTAR PUSTAKA

1. Quin, Liam, Open Source Database Toolkit: Resource and Techniques for Improved Development, Wiley Computer Publishing, 2000, halaman 1-34
2. Horton W., Designing Web-Based Training, Wiley, 2000
3. Pressman, Roger S., Software Engineering, McGraw-Hill, 1997
4. Craig Hilton, Jeff Wills, Building Database Apllications on the Web Using, Addison-Wesley, 2000
5. Wankyu Choi, Allant Kent, Chris Lea, Ganesh Prasad, Chris Ullman, Beginning PHP4, Wrox Press Ltd, 2000
6. David Axmark, Michael Widenius, Paul DuBuois, MySQL Reference Manual for version 3.23.39, MySQl AB Monty Program, 2001


Baca Selengkapnya......

CARA PENULISAN NASKAH PROGRAM MULTIMEDIA INTERAKTIF

PENDAHULUAN
Dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi berbasis komputer merupakan cara untuk menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro prosesor, di mana informasi atau materi yang disampaikan disimpan dalam bentuk digita..
Aplikasi teknologi komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal dengan istilah “Computer Asisted Instruction (CAI)”, atau dalam istilah yang sudah diterjemahkan disebut sebagai “Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)”.
Istilah CAI umumnya merujuk kepada semua software pendidikan yang diakses melalui komputer di mana pengguna dapat berinteraksi dengannya. Sistem komputer dapat menyajikan serangkaian program pembelajaran kepada peserta didik, baik berupa informasi konsep maupun latihan soal-soal untuk mencapai tujuan tertentu, dan pengguna melakukan aktivitas belajar dengan cara berinteraksi dengan sistem komputer. Sementara dalam kedudukannya dapat dikatakan bahwa CAI adalah penggunaan komputer sebagai bagian integral dari sistem instruksional, di mana biasanya pengguna terikat pada interaksi dua arah dengan komputer. Menurut Kaput dan Thompson (1994), CAI diartikan sebagai bentuk-bentuk pembelajaran yang menempatkan komputer dalam peran guru. Sedangkan menurut Hinich (dalam Said, 2000), CAI adalah suatu program pembelajaran yang dibuat dalam sistem komputer, di mana dalam menyampaikan suatu materi sudah diprogramkan langsung kepada pengguna. Materi pelajaran yang sudah terprogram dapat disajikan secara serentak antara komponen gambar, tulisan, warna, dan suara.
Sementara itu penggunaan CAI sebagai “sarana atau media belajar” lebih diarahkan sebagai media pembelajaran mandiri, sehingga dalam pemanfaatannya peran guru sangat minimal. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam mendalami materi-meteri pembelajaran yang mungkin tidak bisa didapatkan hanya dari pembelajaran konvensional (klasikal), sehingga dalam proses pembelajaran yang memanfaatkan multimedia pembelajaran guru lebih berperan sebagai fasilitator. Dengan kelebihannya tersebut maka program pembelajaran berbasis komputer mempunyai kemampuan untuk mengisi kekurangan-kekurangan guru. Namun tentu saja tidak ada satupun media yang mampu menggantikan seluruh peran guru, karena masih banyak hal-hal yang bersifat pedagogi dan humanisme yang tidak bisa digantikan oleh komputer.

Program CAI mempunyai 2 (dua) karakteristik, yaitu : pertama, CAI merupakan integrated multimedia yang dapat menyajikan suatu paket bahan ajar (tutorial) yang berisi komponen visual dan suara secara bersamaan. Kedua CAI mempunyai komponen intelligence yang membuat CAI bersifat interaktif dan mampu memproses data atau jawaban dari sipengguna. Kedua karakteritik inilah yang membedakan antara program pembelajaran yang disajikan lewat CAI dengan program pembelajaran ;yang disajikan lewat media lainnya. Umumnya program-program pembelajaran yang disajikan lewat CAI terlihat lebih bermakna, karena mampu menyajikan suatu model pembelajaran yang bersiat interaktif.
Prosedur Pengembangan
Pada saat kita menulis naskah multimedia berarti kita sudah melakukan berbagai tahap yang pertama yaitu perencanaan. Untuk tahap yang kedua yaitu melaksanakan kegiatan pengembangan produksi multimedia interaktif, dari bentuk naskah kita urai atau diadakan pembahasan oleh anggota tim produksi untuk membagi-bagi tugas sesuai keahliannya masing-masing untuk segera dimulai pemrograman. Setelah melakukan kedua tahap tersebut, maka program telah jadi. Lalu lanjutkan pada tahap ketiga yaitu mengadakan penilaian atau mengevaluasi (mengujicobakan program tersebut pada sasaran yang sudah kita tentukan sebelumnya). Guna mengetahui apakah tujuan yang sudah direncanakan pada tahap sebelumnya ini sudah tercapai atau belum, dan apabila ternyata ada kekurangan atau kesalahan perlu diadakan revisi atau perbaikan program. . Adapun prosedur pengembangan CAI dapat di gambarkan pada bagan di bawah ini



tulisan ini hanya membahas tentang teknik penulisan naskah ( frame ) program multimedia. Karena didalam pembuatan naskah itu sendiri banyak langkah-langkah yang harus diikuti dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka kalau hanya membaca makalah ini saja masih jauh dari ideal seperti apa yang diinginkan oleh calon penulis. Untuk itu perlu untuk mencoba dan mencoba menulis sehingga jam terbang dalam penulisan naskah multimedia interaktif itu akan menentukan kehandalan sebagai penulis program multimedia interaktif yang profesional.

Pentingnya Naskah dalam Pembuatan Multimedia
Banyak orang yang berpendapat tentang pengertian istilah naskah yang kebanyakan pendapat yang satu dengan lainnya berlainan. Ada orang yang mengatakan bahwa naskah sama dengan storyboard dan ada juga yang mengatakan blueprint. Padahal antara pendapat yang satu dengan yang lainnya itu memiliki maksud dan tujuan yang sama. Naskah merupakan rancangan cerita atau pedoman bagi semua tim multimedia untuk menetukan urutan kejadian (materi) yang saling berhubungan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya. Dari runtutan kegiatan tersebut yang nantinya akan diterjemahkan kedalam bentuk tampilan yang ada pada layar komputer.
Naskah merupakan tempat dimana ide-ide maupun imajinasi-imajinasi yang ditulis dan disusun menurut suatu urutan yang teratur dan sistematis. Naskah merupakan suatu gambaran kasar tentang apa yang ditampilkan pada layar komputer: tiap lembar naskah akan mewakili satu tampilan layar komputer. Naskah dikatakan baik apabila dapat memberikan panduan bagi seluruh tim produksi program multimedia yang nantinya akan bersama-sama untuk menterjemahkan kedalam bentuk tampilan gambar, foto, audio, animasi maupun video dan sebagainya.

Syarat-Syarat bagi Penulis Naskah Multimedia
Seorang penulis naskahmultimedia haruslah memenuhi kriteria-kriteria tertentu agar naskah yang ditulisnya dapat menjadi acuan bagi seluruh tim produksi program multimedia yang akan akan dibuat.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain:
1. Penulis harus menguasai bidang yang akan diajarkan
Syarat ini mungkin terdengar klise, tetapi memang demikian adanya. Apabila penulis memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang materi yang akan ditulisnya maka penulis nantinya akan lebih mudah didalam menuangkan ide-idenya atau imajinasinya kedalam bentuk naskah multimedia. Disamping itu nantinya hasil naskah yang ditulisnya akan lebih mendalam dan sistematis.
Perlu diketahui bersama bahwa penulis nantinya akan menjadikan pondasi untuk melakukan kegiatan produksi berikutnya. Dengan demikian, naskah yang baik dan jelas sistematikanya akan dapat memotivasi anggota tim yang ingin memproduksi nantinya, khususnya bagi programmer, perancang grafis, maupun animator yang akan dapat berkreativitas dengan lebih baik. Sebaliknya, naskah yang buruk akan membuat keseluruhan penampilan program multimedia tidak akan menarik dan tidak merangsang anggota tim lainnya untuk berkreasi.
2. Penulis harus menguasai media komputer
Setiap media selalu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan spesifik. Selain itu, setiap media akan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi disini kita tidak mencari perbedaan dari masing-masing media itu, justru dari berbagai perbedaan itu akan kita ramu untuk dijadikan suatu kekuatan yang baik sehingga dari berbagai kekuatan masing-masing kita satukan sehingga saling bersinergi antara satu media dengan media lainnya.
Sejalan dengan kemajuan tekhnologi, saat ini komputer menjadi suatu media yang kaya akan sajian atau tampilan. Artinya komputer mampu menampilkan berbagai media seperti teks, audio, gambar, animasi, atau video dalam suatu kesatuan yang utuh.
Kemampuan ini tentu dapat membuat komputer sebagai suatu media yang dapat dimanfaatkan dengan berbagai variasi tampilan yang interaktif. Akan tetapi, kelebihan-kelebihan yang dimiliki komputer tidak serta merta terus menjadikan proses pembelajaran langsung menjadikan siswa atau mahasiswa bisa dengan sendiri tanpa adanya usaha, bahkan ada yang mengatakan sekarang untuk belajar itu tidak perlu adanya kehadiran dosen atau guru, cukup dengan menggunakan program multimedia yang interaktif saja. Pendapat demikian ini salah dan berlebihan karena komputer (program multimedia) itu hanya sebuah alat yang perlu dioperasikan oleh guru atau dosen sehingga kehadiran guru atau dosen sampai kapan pun akan diperlukan. Kelebihan lain dari belajar dengan komputer adalah siswa akan lebih betah belajar dibandingkan belajar dengan alat bantu buku teks. Untuk itu, seorang penulis multimedia haruslah pandai-pandai memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang ada pada komputer dengan baik. Misalnya, ia harus tahu kapan harus menampilkan animasi dan materi yang cocok apabila menggunakan video atau kapan harus menampilkan tampilan dengan teks atau suara. Tampilan berbagai macam media dalam komputer harus seimbang dan proporsional. Terlalu dominan menggunakan salah satu media, misalnya: melalui teks atau video saja akan menjadikan program multimedia membosankan dan tidak menarik karena kekutan-kekuatan yang terdapat di komputer tidak dimanfatkan secara maksimal.
3. Mampu menghadirkan materi pembelajran dengan bahasa visual
Tetapi yang perlu diingat oleh penulis bahwa keunggulan dan kemapuan komputer terletak pada tampilan visual interktif sehingga bagi para penulis harus pandai-pandai di dalam mengolah bahasa visualnya.
4. Terbuka dalam menerima masukan-masukan dari orang lain
Dalam membuat suatu program multimedia tidak bisa dikerjakan oleh satu orang saja maka diperlukan kerja tim. Seorang penulis tidak bekerja sendirian, melainkan seorang penulis harus bekerja sama degan ahli media, walaupun naskah merupakan karya seorang penulis, tetapi sebagai bagian dari keseluruhan proses pembuatan program maka seorang penulis haruslah membuka diri terhadap masukan-masukan dari ahli media maupun dari produksi guna kesempurnaan yang sudah ditulis. Sekali lagi naskah yang baik akan menentukan bagi hasil akhir suatu program multimedia.


5. Mau melihat hasil karya orang lain dengan menggali sumber-sumber lain yang berguna
Dalam hal ini penulis harus sering melihat hasil program multimedia hasil karya orang lain untuk menambah wawasan bagi penulis. Melihat karya orang lain adalah suatu masukan yang sangat baik untuk menumbuhkan kreativitas inovatif bagi seorang penulis.
6. Komitmen terhadap waktu yang telah disepakati
Penulisan naskah multimedia adalah suatu proses kreatif yang menyita waktu. Tanpa ada komitmen bersama, maka seorang penulis tidak bisa tepat waktu. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus maka akan mengganggu proses produksi nantinya. Dengan demikian, banyak waktu yang terbuang untuk menunggu naskah finalnya.


Langkah yang Perlu Dilakukan Sebelum Memulai Penulisan Naskah
Seorang penulis harus mau meluangkan waktu ekstra untuk melakukan langkah-langkah tertentu sebelum penulisan dimulai, antara lain:
1. Mengidentifikasi sasaran yang akan menggunakan program multimedia tersebut
Sebelum menulis naskah, penulis hendaknya menetukan sasaran yang akan menggunakan program multimedia tersebut. Disamping itu, hendaknya penulis mengidentifikasi kemampuan awal yang telah dikuasai siswa (mahasiswa). Dengan demikian, materi yang akan ditulis nanti disesuaikan dengan pengguna program multimedia tersebut.
2. Mengembangkan atau mendeskripsikan tujuan pembelajaran dengan jelas
Dengan mendeskripsikan tujuan pembelajaran dengan baik, secara umum maupun tujuan khusus dengan jelas, maka siswa atau mahasiswa setelah menggunakan program multimedia yang kita buat ini akan dapat kita nilai atau evaluasi sejauh mana efektifitas program multimedia tersebut. Dengan demikian, kita dapat mengetahui sampai dimana materi yang ada di dalam program tersebut dapat dapat dikuasai siswa atau mahasiswa. Tanpa dikembangkannya tujuan pembelajaran dengan jelas, kita akan kesulitan dalam mengevaluasi kemampuan siswa. Disamping itu, kita akan kesulitan untuk menentukan materi apa saja yang akan kita tulis nanti.
3. Menyiapkan materi yang relevan dengan apa yang ditulis
Materi atau bahan yang akan ditulis ini hendaknya dipilih yang relevan dengan tujuan yang telah kita kembangkan. Disamping itu, materi yang akan ditulis hendaknya materi yang masih baru dan menarik (jangan materi yang sudah kadaluarsa), bila perlu didukung oleh fakta maupun data hasil penelitian yang terbaru. Biasanya pekerjaan ini sangat menyita banyak waktu bagi penulis program multimedia karena tidak mungkin didalam manulis nanti hanya cukup dengan satu sumber saja. Kalau itu dipaksakan, nantinya penulis kesulitan di dalam mengembangkan ide-idenya dan programnya setelah jadi terlihat membosankan dan programnya terlihat dangkal.
4. Identifikasi materi yang sudah terkumpul untuk diseleksi mana yang cocok dengan teks, gambar, foto, audio, animasi dan video
Setelah semua materi terkumpul, semua penulis dapat memilih dan mengelompokkan materi yang sesuai atau lebih jelas dipaparkan melalui teks dikumpulkan jadi satu, materi yang dengan video, jadi satu cocok dengan gambar atau audio dan sebagainya. Sehingga didalam proses penulisan berikutnya lebih mudah, misalnya pada saat pembuatan flowchart pada naskah merupakan naskah penulisan yang nantinya akan lebih mudah.
5. Tentukan navigasi untuk program yang akan dibuat
Pemilihan navigasi dalam penulisan program multimedia ini sangat diperlukan untuk panduan bagi penulis dalam membuat flowchart. Karena dengan menggunakan panduan navigasi alur materi yang ditulis akan lebih jelas dan sistematis sehingga didalam penulisan tidak terjadi pelebaran atau penyempitan di luar frame yang sedang kita bahas. Disamping itu, navigasi akan mempermudah dalam pembuatan flowchart karena sudah terlihat lebih terinci.
6. Membuat flowchart sesuai alur materi
Dalam penulisan maupun pemrograman multimedia, flowchart digunakan sebagai pedoman atau alur bagi penulis maupun pemrograman multimedia. Tanpa membuat flowchart, penulis maupun pemrogram akan mengalami kesulitan dalam menelusuri alur materi yang sedang ditulis atau pada saat programmer sedang memprogram akan mengalami kesulitan dalam membuat alur program yang sistematis. Dengan demikian, apabila penulis multimedia memaksa tidak membuat flowchart, programmer akan kesulitan dalam membuat alur pemrograman dan hasilnya nanti yang berbentuk multimedia yang sudah jadi terlihat acak-acakan dan kurang sistematis.
7. Melakukan penulisan naskah program multimedia dengan teliti
Kalau semuanya sudah siap, minimal semua langkah-langkah tersebut di atas, penulis dapat menuangkan materi yang akan ditulis kedalam bentuk naskah multimedia sesuai urutan pada flowchart yang telah ditulis.


Jenis-jenis navigasi yang perlu diketahui
Berikut ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis navigasi yang umumnya digunakan dalam program multimedia seperti: linier, hierarki, campuran, hyperlink, dll. Tipe linier merupakan suatu navigasi yang paling sederhana. Tipe multimedia yang menggunakan pendekatan drill and practice sangat cocok menggunakan navigasi linier. Tipe-tipe yang paling kompleks dan merupakan navigasi yang paling rumit adalah tipe hyperlink.

Tipe Linier
topik topik topik topik



Tipe Hierarki

Menu Utama



Topik


Sub Topik











Tipe Campuran


Menu Utama




Topik





Sub Topik















Tipe Hyperlink


Menu Utama





Topik




Sub Topik






Jenis-jenis strategi instruksional program multimedia
Presentasi materi yang dilakukan melalui program multimedia pembelajaran interaktif biasanyamempergunakan strategi instruksional berupa: drill and practice, tutorial, game, dan simulasi.
1. Drill and Practice (Latihan)
Multimedia pembelajaran interaktif yang mempergunakan strategi ini sangat cocok untuk melatihkan suatu konsep atau keterampilan baru, tentunya setelah guru memperkenalkan konsep dan keterampilan baru tersebut. Sebagai media latihan, komputer memiliki kelebihan-kelebihan dibanding guru. Pertanyaan bisa diajukan dengan cepat sementara jawabannya bisa diselesaikan sesuai kesanggupan siswa. Contoh: pelajaran tentang tenis, mula-mula dijelaskan konsep tenis tersebut secukupnya, setelah itu diberikan latihan penggunaannya.
Presentasi yang mempergunakan strategi latihan ciri-cirinya adalah:
- dilakukan setelah penyajian materi;
- tidak menyajikan materi baru;
- dapat dilakukan sekaligus dengan pemberian balikan;
- dapat menunjang berbagai keterampilan;
- dapat diberikan dalam berbagai tingkatan kesulitan sesuai kebutuhan siswa.
2. Tutorial
Multimedia pembelajaran interaktif yang mempergunakan strategi tutorial isinya menampilkan informasi dan penjelasan-penjelasan ketika diperlukan, mengajukan dan menjawab pertanyaan. Kemudian, memberikan penjelasan lebih lanjut bila ada kesulitan sebagaimana yang dilakukan oleh seorang tutor.
Presentasi yang mempergunakan strategi tutorial ciri-cirinya adalah:
- dapat mengajar keterampilan tingkat rendah maupun keterampilan tingkat tinggi;
- dapat berbentuk latihan;
- dapat berbentuk pemecahan dan analisis masalah;
- sering bersifat memberi pengulangan dan pengayaan atas dasar keinginan siswa;
- bisa berupa testing.
3. Simulasi
Multimedia pembelajaran interaktif yang mempergunakan strategi simulasi membawa siswa langsung dihadapkan pada lingkungan atau situasi yang menuntut perannya atau menuntut siswa untuk mengambil tindakan. Situasi atau lingkungan tersebut bisa berupa siswa seolah-olah berada dalam laboratorium sehingga ia harus bereksperimen.
Ciri-ciri simulasi yang efektif adalah:
- belajar menjadi relatif lebih singkat dibanding metode lain;
- efektivitas belajar meningkat bila model atau simulasinya benar-benar mendekati realita;
- belajar menjadi efisien karena tergetnya pada kemajuan dan hasil belajar.
4. Game (Permainan)
Multimedia pembelajaran interaktif yang mempergunakan strategi game (permainan) seringkali disebut edutainment.
Unsur hiburan dalam program jenis ini lebih menonjol dan dominan daripada unsur lainnya.
Ciri-cirinya adalah:
- dapat memancing berkembangnya keterampilan tertentu;
- dapat membantu mengajarkan berbagai keterampilan;
- efektif untuk memotivasi;
- membantu belajar menjadi lebih menyenangkan.

Format naskah multimedia
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak ada format yang dikatakan baku dalam pembuatan naskah multimedia. Masing-masing pengembang menggunakan format yang menurut mereka lebih familiar dan mudah digunakan. Yang jelas, format naskah harus ringkas dan dapat mudah dimnegerti oleh seluruh anggota tim pengembang. Untuk itu, sebelum suatu tim bekerja perlu disepakati format seperti apa yang akan digunakan nantinya. Berikut ini adalah contoh format naskah multimedia.


























Judul Program : ………………..

Frame : ……………….. No Frame: …………… Hal: ………











































Karena format naskah multimedia ini tidak ada yang baku, maka sebaiknya format yang digunakan perlu ada kesepakatan bersama.
Tetapi perlu adanya acuan di dalam menentukan format naskah multimedia:
- menceritakan keseluruhan jalan cerita, dari awal samapai akhir program multimedia yang akan dibuat;
- Menarik dan jelas;
- Mendetail tetapi tidak terlalu teknis;
- Urut-urutan naskah logis;
- Dapat dimengerti oleh seluruh anggota tim.

Baca Selengkapnya......

Rabu, 17 Maret 2010

Tips Merawat Komputer

Tips Merawat Komputer
{ Posted on May 29 2009 by shanty }
Tags : Aplikasi, CPU, Merawat komputer, RAM, Registry, Tips, Virus
Categories : Tips Computer

Ada banyak faktor sebenarnya yang menyebabkan komputer semakin melambat dan berikut ini sedikit tips untuk merawat komputer :1. Komputer kita secara subjektif sudah kita klaim lambat, karena telah kita bandingkan dengan komputer teman-teman kita yang lain yang relatif lebih baru dan/atau memiliki spesifikasi yang lebih tinggi.

2. Banyak file sampah di harddisk. Coba cek size “C:Documents and Settings”. Terkejutkah anda melihat ukuran folder tersebut. Biasanya orang yang jarang melakukan tune-up terhadap komputernya akan tercengang-cengang melihat size direktori tersebut. Apa aja sih isinya kok sampai sebegitu besar? Untuk itu sering-seringlah melakukan pembersihan.
Caranya: Kalau manual lebih ribet, karena harus masuk ke direktori masing-masing user, unhide folder, hapus isi file temporary internet ataupun tempnya windows. Tapi kalau mau otomatis, gunakan software seperti system mechanic, Tweak XP, dll.

3. Jangan biarkan resource memori ‘diperkosa’ oleh service ataupun startup yang tidak perlu.
- Coba masuk ke Run > ketik ‘msconfig’
- Pada Tab Services, ceklist ‘Hide All Microsoft Services’. Perhatikan: terdaftar service - service yang tersedia selain punya Microsoft. Perhatikan dengan saksama, segera ‘uncheck’ jika merasa suatu service tertentu tidak kita butuhkan.
- Pada Tab Startup, perhatikan: terdaftar aplikasi-aplikasi yang akan dijalankan ketika komputer startup. Efisienkan segera. Jangan biarkan aplikasi-aplikasi yang tidak kita butuhkan pada saat startup dalam keadaan ter-checklist, karena program tersebut akan ‘memperkosa’ resource memory.
- Tekan tombol OK, dan silakan restart.

4. Install antivirus, dan sering-sering melakukan update. Antivirus tanpa diupdate sama dengan obat antibiotik yang sudah expire, yang tidak mampu melawan virus. Usahakan jangan ada virus yang menerobos sistem.



5. Defrag harddisk anda jika diperlukan. Terlalu sering melakukan defrag juga tidak terlalu berguna. Perlu tidaknya suatu Harddisk di defrag dapat dilihat dari tombol analize ketika akan mendefrag harddisk.

6. Backup Registry. Hal ini tidak akan mempercepat komputer anda, tapi akan sangat berguna apabila ada kerusakan registry akibat corrupt, virus, dsb.

7. Kenali perilaku komputer anda. Sering lihat Task Manager ketika komputer melambat. Perhatikan aplikasi mana yang memakan resource RAM atau CPU yang paling banyak. Segera analisis jika terjadi keanehan, misalnya ada file exe yang memakan resource RAM sangat besar padahal kita tidak sedang mengeksekusi apa-apa dan kita tidak mengenali nama aplikasi itu.

Baca Selengkapnya......

Cara Merawat RAM



Memory atau yang kita kenal RAM adalah salah satu perangkat keras(Hardware yang sangat Fital dalam CPU, maka itu ini salah satu tips dan pengalaman saya tentang menangani memory PC (SDRAM, DDRAM) yang sudah anda anggap mati (asal tidak mengalami kerusakan fisik yang parah ,misalnya terbakar atau hancur/patah), karena biasanya menurut yang saya lihat bila memory sudah di nyatakan mati oleh pemilik PC atau oleh teknisi komputer maka biasanya langsung saja di ganti dengan membeli memory yang baru, padahal masih ada kemungkinan memory tersebut di bikin hidup atau berfungsi lagi.
Berikut ini saya punya tips untuk menangani memory yang sudah di anggap mati tersebut berdasarkan pengalaman selama menggeluti dunia hardware , dengan akurasi dia atas 70 %, jadi misalnya anda memiliki 10 keping memory mati maka ada kemungkinan 7 keping masih bisa di selamatkan…cukup lumayan kan.? kita bisa menghemat uang beberapa ratus ribu utntuk perkepingnya.




Bersihkan memory tersebut dengan cara menggosok pin-pin memory tersebut dengan kain dengan tujuan membersihkan, boleh juga di beri Tiner sedikit supaya lebih bersih dari debu, dan gesekan dengan kain tersebut juga akan memancing ion-ion pada pin memory menjadi tersimulasi agar konduktornya lebih aktif.
Arahkan skala Avometer pada Ohm (skala untuk mengukur hambatan), bebas boleh pada posisi 1K, 10K, 100K…
Ambil jarum negative (-) Avometer (kabel warna hitam) lalu tempelkan pada salah satu pin/kaki memory, dan jarum positive (kabel warna merah) gesekan pada kumpulan kaki-kaki IC/chipset memory ,bila memory memiliki 8 buah IC misalnya maka gesekan jarum (+) tersebut ke kaki-kaki 8 IC tersebut.
Selesai….silahkan coba pasang memory tersebut pada slotnya di Mainboard….!


Note:
Proses ini adalah memanfaatkan aliran arus listrik dari batere Avometer yang di alirkan ke dalam sirkuit-sirkuit IC/Chipset memory . Cara kerja proses ini adalah seperti halnya proses Clear CMOS pada Mainboard apabila Mainboard mengalami crash dan tidak mau hidup, yaitu terjadinya gangguan atau penyumbatan pada perjalanan arus listrik sehingga arus yang di
perlukan untuk untuk pengaktifan suatu system tidak terpenuhi….atau seperti ilustrasi orang yang pingsan atau koma lalu kita coba bangunkan dengan cara di pancing syaraf-syarafnya untuk aktif dan sadar dengan cara di siram air, di setrum..dsb.

Baca Selengkapnya......

Mengetahui Kerusakan Seputar Memori / RAM

Kita mungkin pernah mengalami komputer yang tidak mau bekerja, tidak bisa booting misalnya. Jika kita menyalakan komputer lantas tidak mau masuk Windows yang disertai suara beep panjang 1 kali, maka permasalahan ada di seputar memori. Melalui tips berikut ini kita akan mengetahui kerusakan seputar Memori / RAM.
Beep adalah suara yang keluar dari speaker internal (speaker dari dalam casing) ketika komputer dinyalakan.
Untuk mengatasi masalah memori ini lakukan langkah berikut:


*
* Setingan bios harus dalam keadaan default / standar, sebab bisa saja masalah ini muncul karena pengaturan bios yang terlalu membebani hardware. Untuk memastikannya, lakukan clear CMOS dengan cara mencabut baterai dari motherboard (bentuknya bulat tipis, seperti baterai jam), setelah kurang lebih 3 menit pasang kembali baterai tersebut.
* Periksa apakah memori telah dipasang dengan benar. Cabut memori dari soket-nya (tempat dudukan memori pada motherboard) lalu pasang kembali
* Jika tidak berhasil, perhatikan bagian memori yang berwarna keemasan (berada dibagian bawah memori). Bersihkan bagian tersebut dengan menggunakan karet penghapus untuk menghilangkan kotoran atau debu yang mungkin menempel. Jika sudah, pasang kembali memori ke motherboard.
* Jika memori masih tidak mau bekerja, pasang memori orang lain di komputer kita, punya teman misalnya. Jika ternyata dapat berjalan normal berarti memori kita sudah rusak, tapi jika tetap tidak berjalan dengan normal berarti permasalahan berada pada soket di motherboard. Bersihkan soket tersebut dengan cotton buds atau penghisap debu untuk membersihkan debu atau kotoran yang mungkin menempel. Setelah selesai pasang kembali memori.
* Jika masih tetap tidak berhasil, pasang memori pada soket yang lain, biasanya diletakkan bersebelahan. Jika tetap tidak bekerja juga berarti motherboard yang harus diservis / diganti. Ini disebabkan ada elemen / komponen yang membuat soket tidak dapat lagi digunakan. Hal ini sering terjadi pada motherboard yang sudah berumur.


Baca Selengkapnya......

gajala ram

Kita mungkin pernah mengalami komputer yang tidak mau bekerja, tidak bisa booting misalnya. Jika kita menyalakan komputer lantas tidak mau masuk Windows yang disertai suara beep panjang 1 kali, maka permasalahan ada di seputar memori. Melalui tips berikut ini kita akan mengetahui kerusakan seputar Memori / RAM. Beep adalah suara yang keluar dari speaker internal (speaker dari dalam casing) ketika komputer dinyalakan.


Untuk mengatasi masalah memori ini lakukan langkah berikut :

1. Setingan bios harus dalam keadaan default / standar, sebab bisa saja masalah ini muncul karena pengaturan bios yang terlalu membebani hardware. Untuk memastikannya, lakukan clear CMOS dengan cara mencabut baterai dari motherboard (bentuknya bulat tipis, seperti baterai jam), setelah kurang lebih 3 menit pasang kembali baterai tersebut.

2. Periksa apakah memori telah dipasang dengan benar. Cabut memori dari soket-nya (tempat dudukan memori pada motherboard) lalu pasang kembali

3. Jika tidak berhasil, perhatikan bagian memori yang berwarna keemasan (berada dibagian bawah memori). Bersihkan bagian tersebut dengan menggunakan karet penghapus untuk menghilangkan kotoran atau debu yang mungkin menempel. Jika sudah, pasang kembali memori ke motherboard.

4. Jika memori masih tidak mau bekerja, pasang memori orang lain di komputer kita, punya teman misalnya. Jika ternyata dapat berjalan normal berarti memori kita sudah rusak, tapi jika tetap tidak berjalan dengan normal berarti permasalahan berada pada soket di motherboard. Bersihkan soket tersebut dengan cotton buds atau penghisap debu untuk membersihkan debu atau kotoran yang mungkin menempel. Setelah selesai pasang kembali memori.

5. Jika masih tetap tidak berhasil, pasang memori pada soket yang lain, biasanya diletakkan bersebelahan. Jika tetap tidak bekerja juga berarti motherboard yang harus diservis / diganti. Ini disebabkan ada elemen / komponen yang membuat soket tidak dapat lagi digunakan. Hal ini sering terjadi pada motherboard yang sudah berumur.

Baca Selengkapnya......

“Pendidikan Profetik, Rekonstruksi Paradigma Pendidikan Indonesia”

“Pendidikan Profetik, Rekonstruksi Paradigma Pendidikan Indonesia”
Manusia pada dasarnya memainkan peranan yang menentukan dalam perwujudan dan pergantian kurun sejarah, dapat tidaknya manusia menangkap tanda-tanda zaman tergantung dalam menangkap realitas, oleh karena itu kemampuan mengembangkan sikap kritis dan kecenderungan menyesuaikan diri menjadi bagian dari semangat zamannya. Suatu tragedi besar telah menimpa manusia modern ialah bahwa mereka dikuasai oleh kekuatan mitos-mitos dan dimanupulasi oleh iklan-iklan yang jitu, kampanye ideologi, maka lambat laun manusia tanpa menyadari tidak mampu lagi menangkap tugas-tugas zaman, tetapi hanya menerima penafsiran-penafsiran yang dibuat oleh kaum elit yang berkuasa, dalam kondisi ini manusia akan tenggelam tanpa nama, tanpa harapan dan kepercayaan diri (Paulo Freire).


Kutipan panjang di atas yang ditulis oleh tokoh besar pendidikan dari Brazil Paulo Freire sekitar tahun 70an, ternyata menjelma menjadi suatu realita di era millennium ini. Suatu realita yang sedang berkembang di setiap sendi kehidupan masyarakat dunia tak terkecuali di negeri ini. Realita yang menggambarkan betapa gurita kapitalisme telah menggagahi seluruh pelosok dunia termasuk negeri-negeri Muslim seperti Indonesia.
Gurita kapitalisme itu pada akhirnya membawa pada perubahan paradigma masyarakat dalam memandang kehidupan ini. Paradigma yang kemudian menjelma menjadi aksi atau tindakan. Begitu pula yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini. Paradigma kapitalisme dalam dunia pendidikan pada akhirnya melahirkan kebijakan dari pemerintah yang lebih menguntungkan pemegang-pemegang modal didalamnya.
Mengamati kondisi pendidikan di Indonesia saat ini secara umum, nampak gurita kapitalisme sangat melekat kuat didalam tubuh sistem pendidikan Indonesia. Hal itu terlihat dari kebijakan para stake holder pendidikan Indonesia yang masih menggunakan berbagai alat ukur (evaluasi pembelajaran, kurikulum, teknik, metode dll) serta tolak ukur pendidikan dari dari dunia Barat. Padahal kondisi masyarakat, sejarah, perkembangan sosial antara masyarakat di Indonesia dan Barat tentu berbeda. Mungkinkah ini sebagai salah satu indikasi krisis perkembangan ilmu pengetahuan dari bangsa ini? Bisa jadi.
Moh Sofan menggambarkan kondisi tersebut didalam bukunya Pendidikan Berparadigma Profetik bahwasanya dalam beberapa dasawarsa terakhir ini mulai berkembang pandangan tentang kegagalan modernitas dan modernism Barat-yang sebagiamananya juga terlanjur diadopsi kaum Muslim, termasuk dalam lapangan pendidikan-dalam memenuhi “janji-janjinya untuk mensejeterahkan kehidupan manusia baik lahir maupun batin melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Jati diri bangsa Indonesia sebagai negara maritim dan agraris semakin lama kian tergilas oleh arus kapitalisme yang tumbuh di dekade ini. Paradigma pendidikan yang dibentuk oleh para stake holder dan akademisi yang kemudian diberikan kepada anak bangsa ini sering memarginalkan jati diri Indonesia sebagai negara maritim dan agraris. Profesi sebagai petani dan nelayan menjadi profesi yang semakin terpinggirkan dibandingkan profesi seorang programmer komputer. Padahal potensi alam Indonesia di bidang agraris dan kelautan luar biasa.
Selain kondisi di atas, generasi-generasi muda bangsa kian hari terjebak dalam budaya hedonisme. Konsumsi mereka dari food, fashion, film, sport, life style dll sehari-hari membawa pada ketumpulan mata hati mereka akan kondisi bangsa mereka sendiri. Hal tersebut, sejatinya bukanlah kesalahan hanya generasi muda saja, akan tetapi faktor dominan yang juga berpengaruh besar yaitu lingkungan pendidikan dan sosial.
Ketumpulan mata hati para generasi muda tersebut pada ujungnya berimbas pada ketidakpedulian mereka akan carut marutnya realitas sosial yang sedang terjadi. Itulah hasil dari sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan hingga detik ini. Pendidikan yang seharusnya mampu melahirkan manusia-manusia yang berkontribusi untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman ini, justru melahirkan robot-robot yang hanya mampu menghafalkan rumus-rumus dan teori-teori tentang kehidupan.
Demikianlah produk pendidikan dari kapitalisme yang sebenarnya tidak hanya menjangkiti Indonesia tetapi juga termasuk negeri-negeri Muslim yang lain. Di Indonesia sendiri bisa jadi kondisi yang sebenarnya, lebih buruk dari kondisi di atas. Sayangnya tidak banyak pihak yang menyadari fenomena ini, padahal Indonesia sebagai negeri dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia.
Pendidikan Berparadigma Profetik
Wacana pendidikan profetik sebenarnya telah lama berkembang baik di kalangan akademisi ataupun non akademisi. Wacana ini muncul dilatarbelakangi oleh keprihatinan berbagai pihak melihat kondisi pendidikan Indonesia yang semakin lama tidak memiliki identitasnya lagi. Selain itu, juga menyikapi out put dari sistem pendidikan yang belum mampu berkontribusi bagi perbaikan Negeri Muslim ini.
Ditengah geliat berbagai konsep pendidikan yang muncul saat ini, pendidikan prophetik menjadi suatu alternatif bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan prophetik menjadi sebuah solusi atas buruknya hasil pendidikan Indonesia yang hingga saat ini masih condong memihak pada kapitalisme. Bagaimana pendidikan prophetik mampu memberikan solusi tersebut?
Sebuah ungkapan menarik tentang penyelenggarakan pendidikan Islam disampaikan oleh Noeng Muhadjir didalam bukunya Pendidikan Islami untuk Masa Depan Kemanusiaan, penyelenggaraan pendidikan Islam selama ini adalah merupakan Islamic education for the Moslems, yaitu pendidikan Islam yang diberlakukan adalah pendidikan agama Islam yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan pendidikan modern, dan bukan pendidikan Islamic education for Islamic education, yaitu pendidikan Islam yang benar-benar dijiwai, dilandasi dan dikembangkan nilai-nilai Islami.
Berangkat dari hal diatas, maka demikianlah fenomena yang berkembang dalam aplikasi pendidikan Islam saat ini. Pendidikan prophetik yang muncul dari ajaran Islam sudah seharusnya mengambil sikap dengan tegas pada tahap pengimplementasiannya. Bahwasanya pendidikan prophetik tidak pada penyesuaian dengan pendidikan modern akan tetapi pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan nilai-nilai Islami. Proses pengembangan itulah yang kemudian dituntut untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat dan serta tantangan yang muncul di dasawarsa ini.
Dikutip dari Moh Sofyan bahwa seperti yang dikatakan Kuntowijoyo, terkandung nilai-nilai profetik yang dapat dijadikan bingkai acuan dalam mengarahkan perubahan masyarakat, yakni humanisasi, liberasi dan transdensi yang merupakan derivasi dari Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110: “Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakan kebaikan (humanisasi), mencegah kemunkaran (liberasi) dan beriman kepada Allah (transdensi).
Apa makna 3 pilar utama (humansasi, liberalisai dan transdensi) dalam pendidikan prophetik tersebut? Mengacu pada prophetik (prophet) yang lazimnya dikenal sebagai kenabian, maka prophetik mendasarkan suatu perubahan ataupun rekayasa sosial pada sirah Nabi. Nabi Muhammad SAW sebagai transformator yang telah membuktikan keberhasilannya melakukan perubahan sosial di jazirah Arab. Sebuah tempat yang kondisinya benar-benar bobrok dalam aqidah maupun tradisi ketika itu.
Nabi melakukan perubahan dan rekayasa dengan menerjemahkan ayat-ayat Al Quran dari bahasa langit sebagai wahyu Allah hingga menjadi suatu bahasa yang dapat dipahami oleh manusia-manusia. Suatu hal yang luar biasa, yaitu Nabi tidak saja mampu menerjemahkan wahyu langit kemudian mengakar ke bumi, tetapi juga bagaimana Nabi mampu mengkontekskan wahyu tersebut dengan kondisi masyarat dan lingkungan di jazirah Arab ketika itu. Sehingga Islam datang tidak hanya menjadi sekedar dogmatis saja, akan tetapi memberikan suatu alternatif pilihan akan suatu peradaban kehidupan yang benar-benar baru.
Semangat itulah yang dituangkan kembali oleh Kuntowijoyo dalam konsep pendidikan Prophetik. Menurut Kunto, Islam perlu dipahami sebagai dan dalam kerangka ilmu. Sebab, pola keilmuan akan lebih menjanjikan sifat yang obyektif, faktual dan terbuka. Sehingga, lewat kerangka ilmu itu, terutama yang empiris, umat Islam akan lebih bisa memahami relitas sebagaimana Al Qur’an memahaminya. Dengan cara itu, umat akan dapat melakukan transformasi sosial berdasarkan cita-cita dan prophetik searah yang ditunjuk Al Qur’an, yaitu humanisasi, liberasi dan transdensi.
Maka dalam sisi pendidikan, 3 hal dasar utama tersebut menjadi paradigma dalam mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Pengembangan tersebut hingga pada dataran penyelenggaraan pendidikan di kelas. Selain itu, pendidikan prophetik juga sekaligus menghadirkan paradigma pendidikan baru yang mampu melahirkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat pinggiran, menumbuhkan pendidikan yang berjati diri keindonesiaan dan beriringan dengan kontekstual kehidupan masyarakat.
Kuntowijoyo menjelaskan dengan humanisasi, Islam menekankan pentingnya memanusiakan dalam proses perubahan. Sedangkan dengan liberasi, Islam mendorong gerakan pembebasan terhadap segala bentuk determenasi kultural dan struktural seperti kemiskinan, kebodohan. Dan dengan transdensi, perubahan dicoba diberi sentuhan yang lebih maknawi, yaitu perubahan yang tetap berada dalam bingkai kemanusian dan ketuhanan.
Maka didalam pendidikan profetik, pendidikan tidak hanya dilakukan untuk mengejar standar kompetensi dan tujuan didalam kurikulum saja. Siswa dalam setiap sesi mata pelajaran harus diajak berdialog, berdiskusi dan mengkontekskan apa yang sedang dibahas dalam mata pelajaran tersebut dengan realitas sosial yang sedang terjadi. Sehingga siswa memiliki wawasan dan pengetahuan akan kondisi masyarakat dan lingkungan tempat ia berada selama ini.
Melalui penerapan pendidikan prophetik out put yang diharapkan, yaitu mencetak generasi-generasi muda Islam yang memiliki dan memahami jati dirinya sebagai Muslim. Kemudian siswa diarahkan dan diajak berdiskusi, berdialog dan berfikir tentang realitas sosial, hingga ia mampu memiliki sence of belonging akan masalah sosial yang muncul. Maka dengan keberislamannya ia pun sadar bahwa Islam yang ia pilih merupakan sebuah petunjuk, arahan dan solusi akan masalah sosial yang ia hadapi di lapangan.
Munculnya generasi-generasi tersebut seharusnya menjadi target besar umat Islam saat ini. Karena pendidikan Islam tidak lagi dalam posisi sekedar mengekor, mengikuti atau memenuhi kebutuhan zaman ini. Akan tetapi pendidikan Islam harus mampu menciptakan mainstream dan trend mode bagaimana pendidikan itu berjalan. Maka pendidikan prophetik merupakan salah satu solusi dalam merekontruksi bagi pendidikan Indonesia saat ini yang sedang kehilangan arah dan tidak memiliki jati diri keindonesiannya.
Sebuah kutipan menarik masih dari Moh Shofan sebagi bahan kajian selanjutnya bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kemana pendidikan diarahkan salah satunya sangat tergantung pada pencanderaan secara filosofis tentang manusia. Kenapa manusia? Dan apa kaitannya dengan imperatif teologis-etis pendidikan dalam perubahan? Dalam perubahan, manusia menempati posisi kunci. Maka tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi atau kekuatan internal yang dimiliki oleh manusia sehingga nantinya dalam realitas kehidupan yang senantiasa mengalami perubahan tidak hanya menjadi objek, tetapi subjek perubahan.
Paradigma Peningkatan Kualitas Pembelajaran; Visi Pendidikan Indonesia 2020
DALAM masukan tertulis yang pernah saya sampaikan kepada Komite Reformasi Pendidikan (KRP) –komite ini bertugas pokok menyiapkan perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang (Sistem) Pendidikan Nasional– tertulis di sana antara lain agar yang selama ini diungkapkan dengan kosakata (Sistem) Pendidikan Nasional diganti dengan Pendidikan Indonesia.
Pemaknaan atas kata “nasional” telah menciptakan nuansa amat sentralistik, serta merta hal itu amat mempengaruhi cara pandang (paradigma) aparat birokrasi ketika (di lapangan) mengambil kebijakan tentang pendidikan. Akibat paling fatal dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran di mana pun; bukan saja kualitas pembelajarannya yang amat teacher-oriented, tetapi seluruh prosesnya juga secara massal (nasional?) berhasil menciptakan murid menderita 3 B: bengong, bingung, dan (masa) bodoh.
Menuju tahun 2020
Pada pendahuluan buku Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Era Globalisasi (1997), HAR Tilaar menyebutkan lima alasan mengapa visi, misi, dan program aksi pendidikan dan pelatihan perlu “dipatok” sampai tahun 2020.
Pertama, perubahan sosial-ekonomi kesejagatan karena berbagai kesepakatan APEC, AFTA, dan lain-lain mendorong semua negara harus bersiap-siap secara menyeluruh, terutama menyiapkan manusianya.
Kedua, negara tetangga seperti Malaysia telah menelurkan Malaysia’s Vision 2020, Singapura mencanangkan The Next Lap, dan pasti negara ASEAN lainnya tidak mau ketinggalan.
Ketiga, menuju tahun 2020 –mungkin terpengaruh oleh pemikiran Toffler, Naisbitt, dan lain-lain– terjadilah perubahan gelombang politik dengan fokus/orientasi utama pada politik-ekonomi yang amat mendasar di berbagai negara. Di sini istilah negara macan ekonomi secara relatif dimaknai identik dengan “macan politik”.
Keempat, seluruh kegiatan pembangunan umumnya difokuskan kepada peningkatan/perbaikan taraf hidup manusia sesuai indikator dalam Human Development Index (HDI), yaitu pendidikan, kesehatan, dan daya beli.
Kelima, semakin membahana tuntutan dilaksanakannya civil society (masyarakat warga).
Perubahan (penyempurnaan) sistem pendidikan nasional (UU No 2/1989) menjadi sistem pendidikan Indonesia amat beralasan kalau visi dan misinya dirumuskan sampai dengan tahun 2020. Kecuali sepakat dengan lima butir alasan Tilaar itu, selama kurun waktu sekitar 18 tahun sampai dengan tahun 2020 sangatlah memadai untuk melakukan perubahan paradigma pembelajaran sehingga sangat terukur kemajuan dan perubahannya.
Sebut saja segera akan terjadi perbaikan secara linear tentang pembelajaran mulai tahun ajaran 2001/2002; waktu yang dibutuhkan adalah: di tingkat SD membutuhkan waktu enam tahun (sehingga anak yang masuk pada Tahun Ajaran (TA) 2001/ 2002 akan lulus selama enam tahun pada akhir TA 2006/2007. Demikian juga di tingkat lanjutan pertama dan menengah, masing-masing tiga tahun dan tentu saja di bangku perguruan tinggi (meski amat variatif); sehingga sekitar tahun tahun 2012 paradigma baru pembelajaran benar-benar telah mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Bila benar demikian, kurun waktu dari tahun 2012 menuju 2020 adalah kesempatan sangat strategis menyiapkan segala sesuatunya secara teknologis.
Perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat SD membutuhkan waktu paling lama, dan semua pihak hendaknya sabar dan maklum bila alokasi dana sebagian besar (harus) terserap ke sana. Dengan kata lain, peningkatan kualitas pembelajaran di SD kecuali tidak dapat ditunda-tunda, juga harus yang pertama dan utama terjadi. Bagaikan mendirikan bangunan, apa yang kita lakukan di SD ialah membangun dasar (pondasi) sebaik mungkin, agar di atas pondasi itu dapat berdiri kokoh tembok, pilar, dan sebagainya tentang sekolah lanjutan, menengah, dan tinggi. Tentang hal ini KRP perlu merumuskannya secara tegas dan jelas dalam visi, misi, dan kegiatan (sistem) Pendidikan Indonesia.
Bukan pengajaran
Memang pernah didiskusikan hal berikut: di satu pihak ada pendapat yang menyebutkan, yang terjadi di sekolah tidak lebih dari pengajaran; sementara pendapat lain mengatakan justru itulah proses pendidikan yang sebenarnya. Realistis terhadap fakta keseharian, rasanya amat tepat bila seluruh kegiatan murid sekolah (baik di sekolah, jalan, rumah, dan lain-lain) disebut sebagai pembelajaran. Artinya, murid mengalami pembelajaran di mana pun dan dengan siapa pun; dan yang mereka alami di sekolah (bersama guru) itulah yang dapat disebut pembelajaran utama.
Maka bergeserlah proses pengajaran ke pembelajaran tanpa harus terjadi pergeseran peran guru. Bahkan, upaya terencana untuk peningkatan kualitas pembelajaran justru menempatkan guru sebagai pihak yang pertama-tama perlu mengalami pencerahan lewat berbagai pelatihan dan upaya lain. Jadi, peningkatan kualitas pembelajaran di tingkat SD menuntut terjadi paling awal. Alasan lain mengapa guru-guru SD perlu didahulukan, karena jumlah mereka pasti terbanyak, selain karena ketersebaran mereka yang “paling merata”.
Pengalaman kecil dalam rangka implementasi MBS (manajemen berbasis sekolah) di sejumlah SD menunjukkan, guru-guru SD amat membutuhkan peningkatan kualitas pembelajaran sesegera mungkin karena “sepanjang hari” seorang guru ada bersama murid-murid; sementara guru sekolah lanjutan dan menengah, apalagi dosen amat “terbatas” kebersamaannya dengan murid/mahasiswa. Bayangkan Anda bersama murid sepanjang hari dengan “kemiskinan” metode pembelajaran.
* JC Tukiman Taruna, Pengembangan Masyarakat dan Kependidikan, tinggal di Ungaran, Jawa Tengah.
Filed under: Mimpi Indonesia , APEC, HAR Tilaar, Komite Reformasi Pendidikan, MBS


Baca Selengkapnya......

PARADIGMA 4 PILAR PENDIDIKAN

PARADIGMA 4 PILAR PENDIDIKAN
A.Latar Belakang Masalah
Membicarakan sistem pendidikan di Indonesia ibarat orang berjalan tanpa ujung tidak ada titik temu. Pejabat lebih senang membuat dan memilih kebijakan baru yang lebih spektakuler agar orang menjadi lupa dan terkonsentrasi terhadap kebijakan barunya. Lupa akan harapan dan tujuan sebuah program yang dirumuskan tentang sistem pendidikan di Indonesia.


Hal tersebut merupakan sebuah realita dunia pendidikan. Masih segar dalam ingatan kita tentang pola pengajaran di Indonesia, dari CBSA, PAKEM, Portofolio, MBS, Broad Based Education dan yang terbaru adalah KBK. Penerapan tersebut tentunya menimbulkan permasalahan baru dalam proses belajar-mengajar.
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:4). Sedangkan menurut Suryosubroto, proses belajar-mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran (Suryosubroto 1997:19).
Mengacu dari kedua pendapat tersebut, maka proses belajar-mengajar yang aktif ditandai adanya serangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, intelektual dan emosionalnya.
Dalam konteks pemahaman tentang proses belajar-mengajar, guru dihadapkan pada sesuatu yang secara conditio sine qua non harus diaktualisasikan dalam bentuk pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. Fenomena yang berkembang di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru terbiasa mendesain pembelajaran yang “memenangkan” guru. Artinya, guru lebih senang dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered).
Pembelajaran didasarkan target kurikulum, juga merupakan refleksi dari saratnya beban dan materi pelajaran sehingga guru cenderung mengejar penyelesaian materi daripada mengoptimalkan substansi dari kristalisasi nilai-nilai yang seyogyanya diaktualisasikan. Artinya, guru kurang peduli dengan pentingnya kecakapan hidup (life skill) yang harus dikuasai siswa, dan lebih mementingkan pencapaian hasil belajarnya.
Kondisi tersebut sudah barang tentu rentan akan berbagai dampak negatif yang muaranya pada kualitas pendidikan di mana berada pada ambang batas “kekawatiran”. Problematika yang kompleks dalam dunia pendidikan merupakan tantangan guru, yang harus diupayakan alternatif pemecahannya. Hal ini lantaranstakeholder dalam dunia pendidikan adalah orang tua, guru, masyarakat, institusi, dan para praktisi pendidikan yang diharapkan sumbang sarannya.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa sebagai upaya pencapaian target kurikulum guru cenderung “memaksa” siswa menerima. Pengajaran tanpa mempertimbangkan apakah siswa mampu menguasai serta mengerti dengan apa yang ia pelajari. Kondisi dapat dilihat dari berbagai aktivitas guru, di antaranya: (1) guru memberi les/pelajaran tambahan secara berlebihan dan cenderung menerapkan metode drill, (2) guru hanya menjadi “tukang LKS”, (3) guru memberi pelajaran tidak sistematis, (4) guru memberikan PR dalam jumlah yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa, dan (5) pengajaran tanpa media.
Ada beragam teknik yang dapat digunakan guru untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, kreatif, konstruktif, ceria, dan menyenangkan serta memberi ruang gerak anak untukberkreasi, sesuai daya imajinasi masing-masing. Apabila kondisi tersebut dapat didesain guru sudah barang tentu akan bersampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
Pembelajaran yang berkualitas pada akhirnya bermuara pada penciptaan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Paradigma tersebut kemudian dikenal dengan istilah PAKEM dan mendapatkan rekomendasi dari UNESCO sebagai satu bentuk pembelajaran efektif, dengan mengacu pada empat pilar pendidikan, yakni belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka persoalan mendasar yang hendak dibahas adalah: “Bagaimana internalisasi paradigma empat pilar pendidikan dalam proses belajar-mengajar sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan?
C.Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menelaah secara mendalam internalisasi paradigma empat pilar pendidikan dalam proses belajar-mengajar sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan
Penyusunan makalah ini memiliki manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis makalah ini bermanfaat untuk menelaah teori-teori pembelajaran efektif yang direfleksikan dalam paradigma empat pilar pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Secara praktis, makalah ini bermanfaat untuk:
1.Guru, sebagai penggerakan motivasi dalam mendesain pembelajaran bermakna.
2.Kepala sekolah, sebagai sarana memberkikan pembinaan bagi guru-guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
3.Pengawas sekolah, sebagai masukan dalam meningkatkan profesionalisme guru.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Interaksi Belajar-Mengajar
Lingrend (dalam Usman, 2000:25), mengatakan bahwa ada empat pola komunikasi dalam proses interaksi guru dengan siswa seperti digambarkan dalam diagram berikut ini:
Jenis-Jenis Interaksi Dalam belajar-Mengajar :
1.Komunikasi satu arah Komunikasi dua arah, ada balikan guru, tidak ada interaksi di antara siswa.
2.Komunikasi dua arah, Komunikasi banyak arah, Ada balikan bagi guru interaksi optimal antara guru Siswa berinteraksi dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya
Mengacu pada keterangan di atas, sudah barang tentu proses belajar-mengajar merupakan kegiatan yang integral dengan menggunakan interaksi resipokral dan memanfaatkan konsep komunikasi multi arah. Namun demikian realitas di lapangan, guru masih cenderung mengadakan interaksi searah, yang berdampak pada proses pembelajaran teacher centered.
Mengoptimalkan interaksi multi arah bukanlah hal yang mudah. Namun ada beberapa kiat yang dapat digunakan guru, yakni dengan sistem TANDUR (De Porter, 2002:89), yang meliputi:
a. TUMBUHKAN
Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan pelajar.

b.ALAMI
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
c.NAMAI
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai sebuah masukan
d.DEMONSTRASIKAN
Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
e.ULANGI
Tunjukkan pelajar cara-cara mengulangmateri dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu.”
f.RAYAKAN
Pengakuan untuk menyelesaikan, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan

B.Pembelajaran Kreatif
Jika ditelaah lebih mendalam, gambaran pengoptimalan interaksi dengan sistem TANDUR yang diadopsi dari Buku Quantum Teaching, agaknya identik dengan potret pembelajaran dengan karakteristik PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan). Secara kontekstual, pembelajaran ala PAKEM berisi serangkaian kegiatan, yang meliputi:
a.Berorientasi pada keaktifan, kreativitas, dan kemandirian siswa.
b.Siswa perlu melakukan pengamatan dan merumuskan dugaan awal.
c.Siswa perlu melakukan percobaan pengujian dan menarik kesimpulan dari percobaannya.
d.Melaporkan hasil temuannya secara langsung (otentik) dengan bimbingan guru yang aktif bertindak sebagai fasilitator dan motivator (Depdiknas, 2001:10).
Realitas di lapangan, agaknya guru kurang tertarik untuk menerapkan pembelajaran ala PAKEM lantaran memilih pembelajaran yang hanya menghafal semata. Potret pembelajaran yang selama ini diterapkan guru cenderung berkutat pada proses pembelajaran yang hanya memusatkan perhatiannya pada kemampuan otak kiri siswa saja. Sebaliknya, kemampuan otak kanan kurang ditumbuhkembangkan dan bahkan dapat juga dikatakan tidak pernah dikembangkan secara sistematis.
Kondisi itu menyebabkan pendidikan nasional tidak mampu menghasilkan orang-orang yang mandiri, kreatif, memiliki self awareness, dan orang-orang yang mampu berkomunikasi secara baik dengan lingkungan fisik, sosial dalam komunitas kehidupannya. Akibatnya, dilihat dari tingkat pendidikan tinggi, pengangguran sarjana yang secara formal termasuk kelompok “terdidik” semakin meluas (Suyanto, 2000:7).
Sebagai gambaran, berikut ini dibandingkan kemampuan otak kanan dengan kemampuan otak kiri.
Proses di belahan otak kiri Proses di belahan otak kanan
1. Terjadi pada proses penemuan yang bersifat bagian-bagian dari suatu komponen
2. Proses berpikir analitis
3. Proses berpikir yang mementingkan tata urutan sekuensial dan serial
4. Proses berpikir temporal, terikat pada waktu kini
5. Proses berpikir verbal, matematis, notasi musikal 1. Tertarik pada proses penginte-grasian dari bagian-bagian suatu komponen menjadi satu kesatuan yang bersifat utuh dan menyeluruh
2. Proses berpikir yang bersifat relasional, konstruksinal, dan membangun suatu pola
3. Proses berpikir simultan, dan parallel
4. Proses berpikir lintas ruang, tidak terikat pada waktu kini
5. Proses berpikir yang bersifat visual, lintas ruang, musikal

C. Empat Pilar Pendidikan
Dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2001:13) paradigma pembelajaran tersebut akan menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
a.Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Yusak (2003) mengatakan bahwa secara kreatif menguasai instrumen ilmu dan pemahaman yang terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang hayat.
b.Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka proses belajar-mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta didik, baik fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
c.Konsep learning to live together merupakan tanggapan nyata terhadap arus individualisme serta sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini. Fenomena ini bertalian erat dengan sikap egoisme yang mengarah pada chauvinisme pada peserta didik sehingga melunturkan rasa kebersamaan dan harga-menghargai. Memahami, menghormati dan bekerja dengan orang lain, mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial, perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama.
d.Konsep learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus “berevolusi”, mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian memahami dan berhubungan dengan orang lain. Menguak kekayaan tak ternilai dalam diri.
Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.


BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Berdasar uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa implementasi paradigma empat pilar pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan merupakanconditio sine qua non dalam pendidikan. Dalam pengertian paradigma tersebut mutlak diterapkan dalam proses belajar-mengajar.
Penerapan paradigma tersebut sudah barang tentu akan berdampak pada pembelajaran efektif yang direkomendasikan UNESCO yakni pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Konsep pembelajaran efektif tersebut bermuara pada empat pilar pendidikan, yakni (learning to know), (learning to do), (learning to live together), dan (learning to be).
Penerapan empat pilar pendidikan menuntut kemampuan profesional guru sejalan diberlakukannya otonomi daerah, khsususnya bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.
B.Saran
Mewujudkan kondisi ideal potret pembelajaran yang kreatif, bukanlah hal yang mudah lantaran munculnya beragam fenomena aktual dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan guru yang bersungguh-sungguh mengembangkan kompetensinya, baik kompetensi personal, profesional, dan kemasyarakatan.
Oleh karena itu, guru diharapkan lebih kreatif di dalam mendesain proses pembelajaran, sehingga ada perpaduan yang sinergis antara hasil pembelajaran dengan kecakapan hidup (life skill).
Kerjasama dan koordinasi antara seluruh komponen sekolah dipandang perlu agar masing-masing komponen sekolah dapat memberikan kontribusi secara maksimal, dalam menumbuhkan tunas-tunas muda harapan bangsa.
C.Daftar Pustaka
1.Depdiknas. 2001a. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
2.Suryosubroto. 1997. Proses Belajar-Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
3.Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
4.Yusak, Muchlas. 2003. Wawasan Kependidikan, Empat Pilar Pendidikan. Semarang: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.
5.http://akhmadsudrajat.wordpress.com
PERKEMBANGAN ANAK MASA PERTENGAHAN DAN AKHIR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira-kira 7 hingga 12 tahun, yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah dasar; periode ini kadang-kadang disebut "tahun-tahun sekolah dasar". Ketrampilan-ketrampilan fundamental seperti membaca, menulis dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaannya. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

Pada usia ini, secara biologis pertumbuhan otot-otot besar anak terjadi secara lamban, tidak terdapat hal-hal yang menggoncangkannya. Sebaliknya pertumbuhan otot-otot halus sudah terjadi sehigga si anak sudah mampu melakukan gerak rukuk dan sujud secara mantap. Anak sudah dapat dilatih untuk berwudhu dan shalat, karena kemampuan anggota wudhunya dan gerakan shalat sudah dapat dilakukan menurut petunjuk yang diberikan kepadanya. Tepat sekali hadis nabi yang memerintahkan agar orang tua menyuruh anaknya salat apabila anaknya berumur 7 tahun dan memukulinya pada umur 10 tahun jika anak tidak melaksanakannya.
Seperti halnya perubahan fisik, perubahan psikis juga berkembang dalam diri anak, yaitu :
1.Perkembangan kecerdasan.
Pada periode ditandai oleh adanya tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan langkah berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

Perkembangan yang sangat menonjol adalah perkembangan pikiran, khusunya kecerdasan. Perkembangan kecerdasan terjadi cepat sekali. Anak sudah mulai dapat memahami hal yang abstrak. Kecerdasannya untuk berfantasi/berkhayal sangat besar. Anak sangat suka mendengar cerita, kisah atau dongeng yang diceritakan oleh orang tua dan guru.
Pada umr 8-9 tahun, kemampuan membaca pada anak sudah mulai muncul. Apabila orangtua dan guru dapat menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak dan mendukung keimanan maka tentu sangat bermanfaat. Kisah cerita yang disukai anak pada usia ini adalah cerita yang sesuai dengan keadaan mereka, misalnya tokoh cerita anak yang sebaya dengannya. Mereka suka mendengar atau membaca cerita tentang hewan yang pernah dilihatnya, pemandangan alam yang indah memesona.
Pada usia 10-12 tahun perkembangan kecerdasan anak berjalan cepat, sehingga kemampuan memahami hal-hal yang abstrak semakin meningkat ; dan pada usia 12 tahun anak barulah mampu memahami hal-hal yang abstrak. Penjelasan keimanan secara sederhana sudah dapat diberikan kepada anak usia ini sesuai dengan perkembangan kecerdasannya.

2.Perkembangan Bahasa
Penelitian yang dilakukan oleh Buhler dan lain-lain yang berwujud observasi mengenai bahasa anak, sekarang terdapat alat-alat baru untuk menyelidiki kecakapan bahasa pada anak. Misalnya sekarang ada kemungkinan untuk menyelidiki seberapa jauh anak mampu untuk menirukan bahasa orang dewasa. Disini akan dibedakan adanya 2 macam peniruan :
1.Peniruan spontan bahasa orang lain, biasanya bahasa orang tua.
2.Peniruan yg dilakukan anak sesudah anak menerima tugas untuk melakukan itu
Hasil umum mengenai tes semacam itu adalah bahwa anak lebih pandai untuk mengadakan imitasi daripada mengerti kalimat dan bahwa kecakapan untuk mengerti tadi lebih tinggi daripada kecakapan untuk memproduksi kalimat-kalimat sendiri.
Penelitian bahasa pada umumnya dibedakan antara :
1.Perkembangan fonologis – atau penguasaan sistem suara atau bunyi
2.Perkembangan morfologis – atau penguasaan pembentukan kata-kata
3.Perkembangan sintaksis – atau pernapasan tata bahasa
4.Perkembangan leksikal – penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahun mengenai arti kata-kata.
5.Perkembangan semantis – atau penguasaan arti bahasa
Potensi Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal:
a.Kematangan alat berbicara
Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan berbicara.
b.Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
c.Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat
melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan
kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model
tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau
saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau aktor
film yang bicaranya jelas dan berarti. ^Anak akan mengalami
kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model scbagaimana
disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak tidak dapat
berkcmbang scbagaimana mcstinya.
d.Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.


e.Motivasi untuk belajar dan berlalih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. O’-ang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
f.Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.

3.Perkembangan Sosial
Kecenderungan anak usia 7-9 tahun untuk bergaul dengan teman sebaya, membentuk kelompok, dan membuat kesepakatan diantara mereka. Teman-temannya itu kadang lebih mendapat perhatian dan prioritas daripada orang tuanya. Mereka mulai menjauh dari orang dewasa, karena mereka ingin berbincang dan bercerita sesama mereka tanpa diganggu oleh orang dewasa. Mereka tidak ingin terkucil dari teman-temannya. Apa yang dilakukan temannya, ia pun melakukannya. Misalnya mode pakaian , cara berbicara, gaya berjalan dan sebagainya ingin ia tiru seperti teman-teman dalam kelompoknya. Jika temantemannya pergi mengaji, ia pun pergi mengaji. Apabila anak pada usia ini tidak mempunyai teman atau terkucil dari teman sepergaulan maka mereka akan merasa menderita, akibatnya perkembangan jiwa sosialnya akan tidak sehat.
Anak pada usia 10-12 tahun, telah mampu menghubungkan agama dan masyarakat. Mereka sudah tahu bahwa mencela atau melecehkan agama, menyakiti pemeluknya, adalah tidak baik. Oleh karena itu kefanatikan dan kecintaan kepada agamanya semakin nyata bahkan terkadang sikap sebaliknya terhadap agama lain mulai muncul. Disinilah peran orang tua dan guru untuk mengarahkan sikap cinta agama dan kefanatikan, agar mereka tidak menjurus kepada mencela atau memusuhi orang yang tidak seagama dengan dirinya. Harus pula dijaga jangan sampai terpahami oleh anak bahwa agama itu sama. Jika hal ini terjadi, kebanggaan dan kecintaan kepada agamanya (Islam) menjadi berkurang.

4.Perkembangan Kepribadian
Anak yang berkembang kepribadiannya pada umur balita baik, akan dapat meneruskan perkembangan kepribadian yang baik pada masa selanjutnya. Suasana keluarga yang nyaman,tenang,dan penuh perhatian antara satu sama lainnya akan menjadikan si anak berkembang dengan ceruia,lincah dan bersemangat. Masalah yang berat bagi anak pada usia ini adalah apabila sikap negatif dan perlakuan kasar dari orang tuanya terlalu keras,bersikap otoriter, selalu memerintah,melarang dan memaksakan disiplin yang kaku kepada anakanaknya, anak akan merasa tertekan, sehingga hatinya akan berontak kepribadiannya menjadi kaku. Ia akan merasa dirinya tidak berharga dan takut bergaul dengan orang lain. Bahkan sikap benci dan perasaan negatif yang dialaminya dapat berkembang kepada semua orang. Hal ini dapat berakibat orang lain sulit untuk menerimanya dan mugkin membencinya karena sikap dan perilakunya negatif. Oleh karenanya riwayat hidup anak sangat penting diketahui oleh para pendidik, untuk memudahkan dalam pembinaan kearah yang lebih baik.

5.Perkembangan Keagamaan.
Keberagamaan anak adalah sungguh-sungguh, namun belum dengan pikirannya. Mereka menangkap dengan emosi karena ia belum mampu berpikir logis. Mereka ingin melaksanakan apa yang didengarnya. Bahkan tidak jarang mereka berusaha meniru apa yang dapat ditirunya dari orang tuanya dan dari gurunya.
Anak juga akan merasa bangga apabila diikut sertakan dalam kegiatan keagamaan,misalnya ikut shalat berjamaah,berdiri bershaf-shaf dengan jamaah. Komentar akan tingkah mereka juga akan membuat ia bangga, misalnya ia berperilaku baik, rajin shalat, rajin mengaji,baik dengan teman dan lain-lain.

6.Referensi
1.http://badkokraton.blogspot.com/2009/12/perkembangan-anak-usia-tpa-7-12-tahun.html
2.http://wangmuba.com




PARADIGMA DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Minggu, 14 Juni 2009 00:42:07 - oleh : Khairul Hafid - dilihat 300
Perkembangan masyarakat sering menimbulkan perubahan pola hubungan ekonomi, sosial dan budaya dari umat manusia itu sendiri. Tak jarang, perubahan itu menimbulkan keguncangan sosial jika tidak disiapkan dengan sebaik-baiknya. Salah satu persiapan yang bisa dilakukan dengan membenahi jalur pendidikan dan membuatnya relevan, sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan sanggup membaca tanda-tanda zaman. Pendidikan di negeri ini pun diharapkan sanggup menjawab kebutuhan masyarakat, namun masalah yang dihadapi lembaga pendidikan tidak semudah membalik telapak tangan. Dalam kaitan itu berbagai masalah yang berkaitan dengan dunia pendidikan, diantaranya: tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, serta sarana dan prasarana pendidikan perlu dibenahi. Paradigma pendidikan dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat mengurai lingkaran syetan problematika dunia pendidikan di Indonesia. Paradigma dunia pendidikan di Indonesia menuntut pendidikan yang bersifat double-tracks, yaitu pendidikan sebagai proses yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan dinamika masyarakatnya. Dunia pendidikan senantiasa mengaitkan proses pendidikan dengan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Dengan sistem semacam ini dunia pendidikan kita diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan fleksibilitas tinggi untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman yang senantiasa berubah dengan sangat cepat.Untuk memperbaiki kualitas pendidikan, di negeri kita telah dirumuskan UU SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) diantaranya mengharuskan negara menganggarkan 20% dana APBN untuk pendidikan. Begitu pula dengan APBD di seluruh Indonesia harus pula melakukan hal yang sama, serta dilakukan pembenahan kurikulum. Undang-Undang dibutuhkan agar ada dasar untuk berpijak, dengan itu pula evaluasi dapat dilaksanakan. Namun adanya perangkat peraturan saja belumlah cukup, diperlukan kerja keras dari semua pihak agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Sehingga apa yang menjadi cita-cita pendidikan benar-benar bisa diwujudkan.Dalam upaya mengimplementasikan paradigma pendidikan masa depan, peran guru sebagai pilar utama peningkatan mutu pendidikan jelas tidak boleh dipandang sebelah mata. Sudah saatnya guru diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengelola proses pembelajaran secara kreatif dan mencerdaskan, sehingga pembelajaran berlangsung efektif, menarik, dan menyenangkan. Bukan saatnya lagi guru dipajang dalam ‘rumah kaca’ yang selalu diawasi gerak-geriknya, sehingga guru yang dianggap tampil beda dalam mengelola proses pembelajaran dan dihambat kariernya. Agar pendidikan dapat menjalankan fungsinya dengan baik harus ada perubahan dan pembaruan paradigma. Hanya dengan paradigma pendidikan baru ini bangsa Indonesia dapat mengharapkan masa depan yang maju, sejahtera, berkeadilan dan bermoral.Dalam konteks demikian, guru harus benar-benar menjadi ’agen perubahan’ dan menjadi sosok profesional yang senantiasa bersikap kritis terhadap berbagai perkembangan dan dinamika peradaban yang terus berlansung disekitarnya. Guru bersama stakeholder pendidikan harus selalu menjadikan sekolah sebagai ’magnet’ yang mampu mengundang daya pikat anak-anak bangsa untuk berinteraksi, berdialog, dan bercurah pikir dalam suasana lingkungan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan cara demikian, tidak akan terjadi proses deschooling society di mana sekolah mulai dijauhi oleh masyarakat akibat ketidakberdayaan pengelola sekolah dalam menciptakan institusi pembelajaran yang ’murah-meriah' di tengah merebaknya gaya hidup hedonistik, konsumtif, materialistik, dan kapitalistik.
PARADIGMA BARU PENDIDIKAN
DAN
DASAR-DASAR PEDAGOGI
Unifah Rasyidi
Sudarwan Danim

Direktorat Tenaga Kependidikan
Tahun 2004

KOMPARASI PARADIGMA MANAJEMEN PENDIDIKAN
KOMPARASI PARADIGMA MANAJEMEN PENDIDIKAN
PARADIGMA BARU
MANAJEMEN PENDIDIKAN
TANTANGAN PENDIDIKAN KITA
Kemajuan IPTEK yang sangat cepat dan massif menuntut kemampuan sumberdaya pendidikan melakukan penyesuaian yang signifikan.
Mobilitas pekerja pada tataran internasional yang gerakannya melintasi batas-batas negara (borderless movement) menuntut pendidikan makin harus dikelola secara bermutu
Kisis ekonomi dan multikrisis lain yang menyertainya mendorong dunia pendidikan untuk dapat makin memperkuat diri atau setidaknya dapat mempertahankan capaian pembangunan pendidikan yang telah ada sekarang.
TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL SEKOLAH KITA
Pelaksanaan otonomi daerah yang berpengaruh pada perubahan sistem Pengelolaan Pendidikan.
Komitmen penganggaran dari pemerintah dan masyarakat masih rendah
Etos kerja tenaga kependidikan masih rendah
Prestasi belajar siswa rendah
Indeks SDM rendah, No. 112 dari 175 negara
Daya saing ekonomi dan daya kekompetitifan investasi rendah
Praktik-praktik KKN dan Percaloan
TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL SEKOLAH KITA
Masih rendahnya pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan, baik karena faktor ekonomi, kultural, jender, maupun geografis.
Mutu proses dan luaran sekolah kita untuk sebagian besar belum terandalkan dilihat dari capaian prestasi belajar peserta didik dan keterampilan yang diperoleh.
Luaran sekolah untuk sebagian besar belum relevan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia kerja.
TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL SEKOLAH KITA
Kemampuan manajemen sekolah (school management capability) yang masih lemah, sehingga muncul aneka distorsi dan sulitnya mendongkrak partisipasi masyarakat terhadap sekolah.
Usaha-usaha inovasi atau pembaruan pendidikan persekolahan yang dilakukan belum dapat diimplementasikan secara optimum akibat masih relatif lemahnya komitmen guru dan tenaga kependidikan serta dukungan masyarakat untuk menjaga sustainabilitasnya.

TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL SEKOLAH KITA
Prestasi siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang disurvai.
Kemampuan matematika siswa SMP di Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 42 negara
Kemampuan IPA berada pada urutan ke-10 dari 42 negara peserta.
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Educational Decentralization
Community-based Education (PBM)
School-based Management (MBS)
School-based Quality Improvement (MPMBS)
Competency-based Curriculum
Contextual Teaching and Learning
Life-skill Education
Authentic-based Assessment
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Educational Decentralization
Pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber daya (dana, manusia, peralatan, dan lain-lain) untuk kepentingan pendidikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun pada tingkat di bawahnya.

Dengan adanya desentralisasi ini diharapkan akan terjadi peningkatan pemerataan, efektifitas, efisiensi, dan relevansi pelayanan di bidang ini dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal.
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Community-based Education (CBE):
Masyarakat sebagai pilar utama pembangunan pendidikan.
Pendidikan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
WAHANA COMMUNITY-BASED EDUCATION
Dewan Pendidikan merupakan badan yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota.
Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Peran Dewan Pendidikan
Pemberi pertimbangan (advisory) agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.
Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.
Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Legislatif) dengan masyarakat.
Peran Komite Sekolah
Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
Pendukung (supporting) agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarkat di satuan pendidikan.
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
School-based Management (MBS)
Komunitas sekolah berkewenangan besar dalam meren-canakan program, mengimplementasikan kurikulum, menata sumber daya insani dan anggaran sekolah
Sekolah memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti orang tua siswa dan masyarakat
Manajemen sekolah perlu dilakaukan secara demokratis, tranparant, komunikatif dan partisipatif
Kepala sekolah membagi wewenang dan tanggung jawab kepada para pelaksana tugas
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
School-based Quality Improvement (MPMBS)

Sekolah merupakan unit utama dan fungsional dalam meningkatkan mutu pendidikan
Sekolah berwenang dalam menentukan unggulan utamanya
Sekolah memiliki peluang untuk bersaing sehat dengan sekolah-sekolah lainnya
Sekolah berpeluang untuk menyusun program alternatif sesuai dengan potensi, konteks, dan kebutuhannya.
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Competency-based Curriculum
Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
Tindakan cerdas untuk mengerjakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu
Penuh tanggung jawab untuk mengerjakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertent
Pengembangan landasan kemampuan kepribadian
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Competency-based Curriculum
Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and how why)
Kemampuan berkarya (know to do)
Kemampuan menyikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai, dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be)
Dapat hidup bermasyarakat dengan kerja sama, saling menghormati, dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (live together).
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Life-skill Education
Sekolah harus mampu mempersiapkan siswa untuk untuk tidak hanya tahu, melainkan terampil dalam menghadapi tantangan hidup di masyarakat.
Sekolah mempersiapkan siswa dengan pelbagai ketrampilan, seperti penguasaan bidang studi, menganalisis dan menghambil keputusan secara rasional, berkomunikasi baik tulis maupun lisan dalam bahasa asing, bekerjasama, berempati, dan keterampilan vokasional tertentu.
BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Perencanaan pembelajaran sesuai dengan perkem-bangan mental (developmentally appropriate) siswa.
Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups).
Mempertimbangan keragaman siswa (disversity of students).
Mengorganisasikan lingkungan pembelajaran mandiri (self-regulated learning) denmgan titik tekan kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan.
Memperhatikan multi-intelegensi siswa.
Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang meningkatkan pembelajaran, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi dari siswa.

BENTUK-BENTUK
PEMBARUAN PENDIDIKAN
Authentic-based Assessment
Evaluasi tidak sebatas untuk mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, melainkan apakah dia bisa menampilkan diri atau berbuat atas dasar pengetahuannya itu.
Evaluasi berfokus pada kinerja riel yang dapat ditampilkan oleh anak didik
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan mengobservasi perilaku
Evaluasi didasari atas konteks dan kondisi riel anak didik
Pendekatan Peningkatan Mutu Pendidikan: Simultan
Pendekatan Manajemen Sekolah = Manajamen Berbasis Sekolah/MBS atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/MPMBS
Pendekatan Kurikulum = Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK
Pendekatan Pembelajaran = Pembelajaran Kontekstual/CTL
Pendekatan dalam evaluasi = Evaluasi berbasis kinerja/Penilaian otentik/OBA
Pendekatan Produk = Pembelajaran berbasis luaran/PBL dan dampak/PBD
5 PILAR MBS/MPMBS
Otonomi, manajemen sekolah atas dasar potensi, kekhasan, kemampuan, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat.
Partisipasi, manajemen sekolah secara transparan dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah menurut tupoksinya
Fleksibilitas, manajemen sekolah atas kondisionalitas sekolah dan lingkungannya
Akuntabilitas, kebertanggungjawaban dan pertanggungjawaban komunitas sekolah dalam mengelola program-programnya.
Sustainabilitas, keberlanjutan dan pemberlanjutan aneka program yang telah dibuat.

Arah Pendidikan Versi Unesco
Learning to know (landasan ilmu pengetahuan),
Learning to do (aplikasi),
Learning to be (penggalian potensi diri)
Learning to life together (hidup bermitra dan sekaligus berkompetisi, hidup berdampingan dan bersahabat antarbangsa).
Paradigma Manajemen Masa Depan
BAGIAN II



DASAR-DASAR PEDAGOGI
DASAR-DASAR PEDAGOGI
Carter V. Good dalam Dictionary of Education
mendefinisikan kata pendidikan (education) dari
dua sisi pandang.

Pendidikan dalam makna sempit sebagai padanan kata pedagogy.
Pendidikan dalam makna luas sebagai padanan kata education.
Apakah Pedagogi itu?
Ilmu mendidik
Seni, praktik, atau profesi pengajaran
Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan, dan bimbingan murid, yang dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
Apakah pendidikan itu?
Proses perkembangan pribadi
Proses sosial pada masyatakat beradab
Kursus-kursus profesional
Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi/dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa.
Apakah pendidikan itu?
Pendidikan adalah suatu lembaga pada masyarakat beradab, meski tujuan pendidikan tidak selalu sama untuk setiap masyarakat. Tujuan pendidikan suatu masyarakat/bangsa didasari atas nilai-nilai, cita-cita, dan filsafat yang dianut oleh masyarakat/bangsa itu.
Istilah pendidikan merujuk pada fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama untuk membawa generasi muda untuk dapat menunaikan kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat.
Pendidikan adalah proses timbal-balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam sekitar, teman, atau alam semesta.
Pedagogi/Ilmu Mendidik
Ilmu Pendidikan Teoritis
Memahami, mengekplorasi, dan mengembangkan secara deskriptif dan analitik tentang objek pendidikan atau perilaku manusia pada umumnya.
Memahami, mengekplorasi, dan mengembangkan secara deskriptif tentang ilmu yang memberi sumbangsih bagi kemajuan ilmu dan praktik pendidikan, seperti psikologi, filsafat, informatika, kebudayaan, komunikasi, biologi, kesehatan, dan sebagainya.
Sebagai bahan perumusan praktik pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
Melakukan eksperimentasi secara ilmiah untuk melahirkan teori-teori atau temuan baru di bidang ilmu pendidikan.
Pendidik Memerlukan Pengetahuan
Pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pendidik
Pengetahuan tentang tujuan, isi, proses, metodologi, dan nilai-nilai pendidikan
Pengetahuan tentang anak didik dan martabatnya sebagai manusia
Pengetahuan pengembangan ilmu
Pengetahuan Tentang Diri-sendiri
Pengetahuan-diri tentang kemampuan memahami sesuatu.
Pengetahuan-diri untuk melakukan strategi modifikasi perilaku secara kontekstual.
Pengetahuan-diri mengenai kemampuan menampilkan tugas-tugas khusus.
Pengetahuan-diri tentang tujuan-tujuan menampilkan suatu tugas.
Pengetahuan-diri tentang minat khusus pribadi.
Pengetahuan-diri dalam menimbang nilai guna relatif dari suatu rugas.
Pengetahuan tentang Anak Didik
Kemampuan kognitif anak
Minat dan bakat anak
Kebiasaan-kebiasaan khusus anak
Cita-cita anak
Latar belakang keluarga anak
Latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya anak
Keunikan-keunikan khusus anak
Pengetahuan Tentang Tujuan Pendidikan/Pembelajaran
Tujuan negara
Tujuan pembangunan nasional
Tujuan pendidikan nasional
Tujuan institusional
Tujuan kurikuler
Tujuan umum pembelajaran
Tujuan khusus pembelajaran
Pengetahuan tentang Sistem Pembelajaran
Tujuan pemebelajaran
Bahan/isi pembelajaran
Proses/strategi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
Lingkungan pembelajaran
Nilai-nilai pembelajaran
Pengetahuan tentang Pengembangan Ilmu
Kemampuan membaca hasil penelitian
Kemampuan penelusuran pustaka
Kemampuan transfer pengalaman dan mengaplikasikan hasil penelitian para ahli
Kemampuan melakukan penelitian, mulai dari penelitian sederhana sampai yang kompleks.
Kemampuan mentransmisikan pengetahuan dan hasil penelitian.
Ilmu Pendidikan Praktis dan Praksis
Aplikasi ilmu pendidikan ke dalam praktik kependidikan
Mendidik merupakan praktik mempengaruhi anak didik menuju kedewasaan
Praktik dan strategi pendidikan dan pembelajaran
Seni/kiat aplikasi pendidikan dan pembelajaran
Landasan-landasan Pendidikan
Landasan hukum pendidikan
Landasan filsafat pendidikan
Landasan sejarah pendidikan
Landasan sosial-budaya pendidikan
Landasan psikologi pendidikan
Landasan ekonomi Pendidikan
Landasan Hukum Pendidikan
Pancasila dan UU Dasar 45
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
UU, PP, Kepmen, SK Dirjen, dll. yang relevan
Hukum Dasar Pendidikan
Teori/hukum Empirisme (John Locke, 1632 – 1704), dimana perkembangan pribadi ditentukan oleh lingkungan, terutama lingkungan pendidikan. Manusia laksana kertas putih.
Teori/hukum Nativisme (Arthur Schopenhauer, 1988 – 1860), dimana perkembangan pribadi manusia hanya ditentukan oleh faktor hereditas atau faktor koderati.
Teori/hukum konvergensi (William Stern, 1971 – 1938), dimana perkembangan pribadi manusia merupakan akumulasi dari dari interaksi-sinergis antara potensi dasar dengan lingkungan pendidikan.
Landasan Filsafat Pendidikan
Esensialisme
Titik tekan pada esensi.
Esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara ekliktik.
Filsafat idealisme memberikan dasar filosofis bagi pelajaran sejarah, sedangkan realisme memberikan dasar filosofis bagi pelajaran ilmu pengetahuan alam.
Matematika merupakan dasar bagi idealisme, juga penting bagi idealisme, karena matematika adalah alat menghitung dan apa-apa yang riel dan material.
Landasan Filsafat Pendidikan
Perenialisme
Memiliki kesamaan dengan idealisme, karena menekankan pada kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran (subject centered).
Orientasi kurikulum bersifat konstan atau perenial.
Titik tekan perenialisme adalah pada kehikmatan, yaitu kebenaran, keindahan, dan kecintaan pada kebaikan.
Mengkombinasikan kebenaran agama dengan kebenaran ilmu.
Perlu ada satu sistem pendidikan yang bersifat umum dan terbuka kepada umum.
Landasan Filsafat Pendidikan
Pragmatisme dan Progresivisme
Sesuatu dipandang sah dilakukan, jika ada manfaatnya.
Manusia akan berkembang jika berinteraksi dengan lingkungan berdasarkan kemampuan berpikir.
Sekolah merupakan lingkungan khusus yang menjadi penyambung lingkungan yang lebih umum.
Sekolah berfungsi menyeleksi dan menyederhanakan kebudayaan yang berguna bagi individu.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif dengan pendekatan pemecahan masalah.
Landasan Filsafat Pendidikan
Progresivisme atau gerakan progresif pengembangan teori pendidikan mendasarkan diri pada beberapa prinsip, yaitu:
Anak harus bebas berkembang secara wajar
Pengalaman langsung picu utama minat belajar
Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing anak
Sekolah harus menjadi ujung tombak reformasi pedagogis dan eksperimen
Landasan Filsafat Pendidikan
Konstruktivisme
Mazhab ini merupakan lanjutan dari cara berpikir progresif dalam pendidikan.
Masyarakat tidak hanya belajar dari pengalaman kekinian, melainkan harus memelopori ke arah pembentukan masyarakat baru.
Sekolah harus mengembangkan idiologi kemasyarakaatan yang demokratis.
Lulusan institusi sekolah tidak hanya diarahkan untuk memasuki dunia kerja seperti apa, melainkan juga akan mengubah wajah dunia kehidupan menjadi seperti apa.
Landasan Sejarah dan Sosbud Pendidikan
Tidak ada ilmu dan praktik pendidikan kekinian yang dimulai dari nol, semuanya berbasis dari fenomena sejenis masa lalu, baik yang kongruen maupun diskongruen.
Teori, praktik, dan pengalaman pendidikan dari luar dan dari dalam memberi sumbangsih pada teori, praktik, dan pengalaman pendidikan kekinian.
Perubahan lingkungan fisik, sosial, kebudayaan, dinamika global, dan lain-lain membawa perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan.
Perubahan konsepsi manusia tentang hidup, mengubah konsepsinya tentang pendidikan.
Landasan Sejarah dan Sosbud Pendidikan
Perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan akan mengubah konsepsi tentang tujuan pendidikan
Perubahan konsepsi manusia tentang tujuan pendidikan akan mengubah konsepsi tentang isi, struktur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Perubahan konsepsi manusia tentang isi, struktur, jenis, dan jenjang pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tujuan hidup manusia.

Landasan Psikologis Pendidikan
Tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik, disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan, atau diri (self) / kehidupan kejiwaannya.
Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda: jenius, sangat cerdas, pandai, di atas normal, normal/sedang, di bawah normal, dan sebagainya.
Tahap-tahap pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri tertentu, mulai dari bayi, masa kanak-kanak, masa prapubertas, pubertas, remaja, hingga dewasa.
Pertumbuhan anak meliputi dimensi kognitif, afektif, psikomotorik, emosi, dan spiritual.
Landasan Ekonomi Pendidikan
Pendidikan sebagai konsumsi, sebatas untuk menambah pengetahuan, mengisi waktu luang, memperluas pergaulan, dan prestise sosial.
Pendidikan sebagai investasi SDM berkualitas masa depan
Investasi pendidikan menuntut biaya, baik biaya langsung maupun biaya kesempatan (direct and opportunity cost).
Pendidikan yang bermutu menuntut biaya yang mahal.

Pendidikan dan Pembangunan SDM
Dorongan Berprestasi
Rasa ingin tahu
Motif berprestasi
Motivasi untuk self-development
Inisiatif
Disiplin
Keterampilan Humanistik
Komunikasi
Empati atau mengerti orang lain
Mempengaruhi orang lain
Membangun jaringan
Membangun kepercayaan
Kemampuan profesional dan Keterampilan Teknis
Penelusuran informasi
Analisis
Penguasaan Konsep
Kemampuan merefleksi dan memprediksi
Keterampilan-keterampilan khusus
Modal Dasar Manusia
Idealisme
Intelektual
Inisiatif
Informasi (well informed)
Ide – ide
Isi hati & budi
Istimewa fisik
Ihtiar

Membangun Jati Diri
Menggali potensi diri
Mengembangkan potensi diri secara terencana dan matang
Mengespresikan potensi yang dikembangkan itu dengan cara beradab dan santun
Menemukan makna pribadi dalam makna “be your self”



Guru Profesional
Kemampuan intelektual
Penguasaan spesialisasi
Kecakapan praktis
Teknik kerja yang dapat dikomunikasikan
Kapasitas mengorganisasikan pekerjaan
Mementingkan orang lain atau altruistik
Siap menerima saknsi masyarakat
Budaya profesional
Memiliki kode etik
Mutu Pendidikan
Mutu konteks atau lingkungan pendidikan: produk hukum, lingkungan belajar, dan keterpelajaran lingkungan.
Mutu masukan: masukan mentah, masukan material, dan masukan instrumental
Mutu proses: transformasi pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas
Mutu luaran: capaian pengetahuan, keterampilan, sikap, emosi, dan nilai-nilai spiritual
Mutu dampak: melanjutkan studi dan daya guna lulusan di masyarakat

Kendala Peningkatan Mutu
kemampuan keuangan yang tidak memadai
kepemimpinan kepala sekolah tidak kompeten
organisasi dan komitmen guru yang rendah
persepsi negatif dari masyarakat
penataan staf
kurikulum yang kurang relevan
konflik politik dan rasial
keterbatasan fasilitas
komunikasi yang tidak kondusif.


Baca Selengkapnya......

  © Blogger templates The Professional Template and Copyright 2009 Http://duniaartikelpendidikan.blogsot.com 2009 ---------By suhartono (Email : suhartono_unm20@yahoo.com and FB : thono_jhoe_unm) --------

Back to TOP