Senin, 11 Januari 2010

masalak negeri

Mereka hidup dari teh manis dan roti dan tinggal di tenda-tenda usang. Di Suriah ada sekitar 60 ribu keluarga berkelana mencari pekerjaan, mengungsi dari kekeringan di bagian timur laut.


Negeri itu dilanda bencana kemanusiaan, tapi tidak mendapatkan bantuan apa pun. Laporan koresponden Remco Andersen.

"Semua ladang saya kering", ujar Abu Abdallah terpukul. Sebagian dari 15 anak-anaknya mengawasi dari tenda yang sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga. Abu Abdallah serta keluarga besarnya berasal dari Suriah timur laut. Di sana mereka memiliki tanah kecil tapi subur yang dipakai untuk menanam gandum.


Kini mereka meluangkan hari di lapangan berdebu, pinggir jalan raya ke Damaskus. Kalau kebetulan ada pekerjaan, mereka memetik tomat untuk seorang petani tidak jauh dari situ. Pendapatan mereka sekitar seratus lire per hari - satu setengah euro. Mereka hampir tidak bisa hidup darinya. Tapi di desa asal tidak ada apa-apa bagi mereka.

Bencana besar
Suriah terancam bencana kemanusiaan besar. Di bagian timur laut, pusat gandum Suriah, untuk tahun ketiga berturut-turut hampir tidak turun hujan. Menurut data PBB, 150 ribu petani gagal panen. Peternak kecil dan menengah atas di kawasan tersebut kehilangan 80 persen ternaknya yang mati akibat kekurangan pangan dan ladang rumput. Lebih dari 800 ribu orang kehilangan hampir semua harta miliknya, itu sama dengan satu dari 25 warga Suriah.

"Mereka sudah selama setahun hidup dari teh manis dan roti," kata Silvana Giuffrida, wakil kepala Organisasi Pangan Sedunia WFP di Suriah. Menurut laporan terbaru PBB, di propinsi Raqqa, Suriah utara, satu dari empat anak-anak yang berusia di bawah lima tahun kekurangan gizi, dibanding satu dari sepuluh anak di bagian lain negeri tersebut. "Situasi sangat memprihatinkan," kata Giuffrida.

Mencabut tanaman liar
Akibat kekeringan yang tak kunjung berhenti, diiringi naiknya harga bahan bakar serta pangan, orang terpaksa menjual harta benda dan mempekerjakan anak mereka. Enam bulan belakangan, jumlah pengungsi berlipat ganda. Sejauh ini 60 ribu keluarga berkelana di Suriah, mencari mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja sebagai pemetik tomat atau mencabut tanaman liar. Misalnya di kawasan subur di kaki dataran tinggi Golan, Suriah selatan.

Tidak jauh dari jalan raya, di ladang peternakan seluas lima kali sepuluh kilometer, terdapat puluhan tenda milik orang sangat miskin dari Suriah timur laut. Jumlah mereka mencapai ribuan orang. Diperkirakan di Suriah Selatan ditampung puluhan ribu pengungsi.

Kaum laki-laki sudah selama beberapa tahun bermigrasi sebagai pekerja musiman. Tapi akibat kekeringan yang parah mereka kini juga mulai hidup di tempat mereka bekerja selama musim dingin. Keluarga mereka juga ikut bergabung. "Seluruh desa saya ada di sini," cerita Mohammed, penanam gandum yang sudah tiga tahun di tenda usang di pinggir ladang tomat. "Tahun pertama ada sekitar 20 keluarga di sini, kemudian bertambah menjadi 50 dan sekarang daerah ini sudah dihuni sebanyak 500 keluarga." Anak-anak bertelanjang kaki bermain di pasir yang penuh hama. Tidak ada air, listrik, sanitasi dan bantuan.

Bantuan itu hampir tidak ada, karena fenomena ini relatif baru. Selain itu juga terkait keengganan pemerintah Suriah menampung puluhan ribu orang yang bekerja dengan upah harian. Dicemaskan mereka bisa mengacaukan situasi ekonomi Suriah. Juga kekurangan dana yang kronis berperan penting: Tahun lalu pelbagai organisasi PBB di Suriah meminta bantuan 20 juta dolar untuk korban kekeringan, tapi mereka cuma mendapatkan empat juta dolar.

Aktivitas bantuan yang ada sangat minim dan terpusat di Suriah timur laut. Di sini pemerintah Suriah, dengan bantuan Organisasi Pangan Sedunia dan sejumlah LSM mulai memberikan bantuan pangan kepada sanak keluarga yang tetap tinggal di daerah itu dan yang situasinya termasuk yang paling parah. Untuk tahun mendatang, PBB menyatakan memerlukan 53 juta dolar untuk banguan pangan dan medis. Mereka ingin memberi para petani ternak dan biji-bijian baru dengan harapan hujan akan lebih sering turun musim berikutnya.

Paria
Prospek bahwa situasi di Suriah timur laut akan membaik harus meyakinkan keluarga yang meninggalkan wilayah tersebut, untuk kembali ke kampung halaman. Masalahnya kebanyakan dari mereka tidak melihat manfaatnya untuk kembali, jelas Abu Abdallah: "Ladang tidak menghasilkan apa-apa bagi kami," katanya. Kendati demikian ia juga ingin tahu bagaimana situasi di utara. Ia sangat menderita akibat kemiskinan. "Sebelum hujan tak turun lagi, rumpat bertumbuh sangat tinggi," ujarnya sambil menunjuk ke pinggangnya. "Kondisi kami baik. Saya berhasil memenuhi kebutuhan keluarga saya. Sekarang saya menjadi paria, orang memandang saya dengan rasa benci. Saya telah kehilangan harga diri saya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan pesan.....

  © Blogger templates The Professional Template and Copyright 2009 Http://duniaartikelpendidikan.blogsot.com 2009 ---------By suhartono (Email : suhartono_unm20@yahoo.com and FB : thono_jhoe_unm) --------

Back to TOP